Kamis 21 Maret 2024
HUKUM TAURAT SEBAGAI CERMIN
Bacaan Sabda : Roma 7:1-26
“Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa.” (Roma 7:24-26)
Rasul Paulus memberi penjelasan panjang lebar mengenai hukum Taurat kepada jemaat di Roma. Dia tidak menganggap hukum Taurat itu sebagai suatu hukum bernilai rendah karena hukum Taurat memberi banyak petunjuk dalam hal membangun dan menjaga hubungan dengan Allah dan sesama. Sepuluh(10) perintah atau dasa titah adalah merupakan bagian dari hukum Taurat dijadikannya sebagai standar moral dan standar sosial yang sangat tepat dan benar. Tetapi hukum Taurat bukanlah hukum yang menyelamatkan. Rasul Paulus menyatakan melalui hukum Taurat dia mengenal dosa. Jadi hukum taurat sebagai bagian dari firman Allah adalah seumpama cermin yang menbuat kita mengenal diri sebagai manusia yang berdosa.
Hukum Taurat juga cukup berpotensi membawa kita kepada fakta bahwa sesungguhnya orang berdosa tak akan pernah dapat berhubungan dengan Allah tanpa kasih karunia-Nya. Saat mendalami hukum Taurat secara benar justru terlihat jelas keadaan diri sebagai orang berdosa dalam keadaan berada pada perbudakan dosa, karena dosa yang tak disadari ternyata sangat menguasai hati manusia serta mengendalikan perasaan dan pikiran manusia dalam dosa. Manusia dalam dosa adalah pelanggar sehingga dosa menjadi tuan walaupun manusia berusaha melawannya.
Rasul Paulus menyingkapkan fakta kehidupannya sebelum bertemu dengan Yesus. Dia berkata “Dulu aku hidup sangat agamis sebagai penganut agama Yahudi tetapi dosa membunuhku karena aku tetap hidup menurut daging, yang mana aku menyenangi dan mengingini serta memuaskan tabiat daging, kepentingan diri sendiri dan berbagai perbuatan dosa”. Tetapi setelah bertemu dengan Yesus dia hidup “menurut roh” membuat hidupnya berubah. Roh Kudus menuntunnya untuk memusatkan diri kepada perkara-perkara kerajaan Allah. Sejak menerima Yesus sebagai juruselamat kecenderungan berdosa berubah menjadi kecenderungan untuk hidup dalam kekudusan.
Dengan pertolongan Roh Kudus, Paulus berhasil membuang keinginan dosa. Tetapi keinginan dosa terkadang muncul karena adanya persoalan hidup. Pada saat itulah Rasul Paulus kembali mengevaluasi perjalanan imannya dengan berkata “Aku manusia celaka! Siapakah yang dapat melepaskanku dari tubuh maut ini”. Tetapi saat dia kembali memandang kepada Yesus, dia pun membuat suatu pernyataan “Syukur kepada Allah oleh Yesus Kristus Tuhan kita”. Dia semakin menyadari kebutuhan utamanya untuk terus-menerus hidup semakin mendekat kepada Yesus Kristus untuk kembali menikmati indahnya kasih karunia Allah. (MT)