Jumat 15 Maret 2024
DOSA MENGHUKUM MANUSIA
Bacaan Sabda : Roma 1:18:18-32
Sabda Renungan : “Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh.” (Roma 1:21-22)
Injil adalah anugerah dan wujud kasih Allah kepada manusia berdosa, tetapi murka Allah akan tetap menimpa orang fasik. Murka Allah akan menimpa orang yang melawan kebenaran, karena murka Allah adalah merupakan kemarahan pribadi dan reaksi Allah yang tetap terhadap dosa. Pada zaman Nuh, murka Allah menimpa manusia melalui hukuman-Nya melalui air bah. Pada zaman Lot, murka Allah menimpa Sodom dan Gomora melalui hujan api belerang. Allah memurkai adalah dalam rangka melanjutkan kehidupan manusia ciptaan-Nya yang mulia. Sebab bila murka tidak diturunkan, kejahatan manusia semakin meningkat, manusia akan punah karena saling membunuh.
Pada masa kini bentuk murka Allah berbeda yaitu membiarkan orang jahat semakin jatuh ke dalam kefasikan dan nafsu-nafsu jahat yang justru mendatangkan hukuman penderitaan yang mematikan. Jadi Allah murka bukan dengan menghukum tetapi membiarkan semakin jahat dan kejahatan itulah yang menghukum mereka.
Murka masa depan akan jauh lebih berat karena murka itu berupa hukuman kekal. Bila murka masa lalu dan kini dijatuhkan adalah sebagai wujud kasih Allah, sehingga diberi kesempatan untuk bertobat maka murka masa depan adalah wujud hukuman Allah yang kekal dan tak ada lagi kesempatan untuk bertobat. LGBT adalah dosa yang semakin meningkat, yang merupakan bukti dosa yang semakin dianggap biasa terbukti semakin banyak yang menyetujui atas nama hak asasi manusia. Kemerosotan akhlak manusia semakin jatuh tak terkendali.
Ada hal penting perlu kita ketahui sesuai dengan firman Tuhan. Tuhan tidak selalu menghukum manusia berdosa karena dosa itu sendirilah yang menghukum si pendosa. Tidak ada dosa yang tidak berakibat buruk kepada pelaku dosa itu sendiri. Menjauhi dosa agar hidup semakin kudus tetapi juga menepis berbagai kesulitan dan penderitaan. Dosa semakin merajalela karena tidak ada pencegahan karena masyarakat semakin banyak yang menyetujuinya. Perbuatan-perbuatan dosa dianggap semakin logis bahkan tidak sedikit pelakunya lebih berhikmat dari yang lain. Tidak sedikit pemimpin gereja yang terseret kepada konsep berpikir yang setuju terhadap dosa karena menganggapnya sebagai tindakan berhikmat. Sesungguhnya mereka jatuh kepada kesombongan untuk mencari kehormatan untuk diri sendiri. (MT)