MANFAAT PERDEBATAN YANG BENAR
Bacaan Sabda : Ayub 26-27
“Maka Ayub melanjutkan uraiannya: “Demi Allah yang hidup, yang tidak memberikeadilan kepadaku, dan demi Yang Mahakuasa, yang memedihkan hatiku, selama nafasku masih ada padaku, dan roh Allah masih di dalam lubang hidungku, maka bibirku sungguh-sungguh tidak akan mengucapkan kecurangan dan lidahku tidakakan melahirkan tipu daya”. (Ayub 27:1-4)
Ayub benar-benar bangga melihat perubahan sikap Bildad sahabatnya sehingga dia berterima kasih dan mengatakan bahwa sesungguhnya sikap para sahabatnya diakui sebagai bantuan yang sangat berarti bagi dirinya. Ternyata diam-diam Ayub mengambil hal-hal yang baik dari tuduhan dan penghakiman sahabat-sahabatnya. Argumen dan pendapat sahabat-sahabat Ayub sangat berbeda dengan pendapatnya tetapi Ayub dapat menerima perbedaan itu sebagai sesuatu yang membantu dirinya dalam menyikapi penderitaannya. Walaupun Ayub membantah argumen sahabat-sahabatnya tetapi rupanya hal itu cukup jitu memotivasi Ayub terus mengoreksi dirinya. Jawaban dan argumen Ayub pun telah menjadikan sahabat-sahabatnya terus belajar mengasah kemampuan untuk memahami berbagai peristiwa yang terjadi kepada manusia di bumi yang bersifat sementara ini. Walaupun mereka terlibat kepada perdebatan keras dan cukup panjang, mereka sama-sama mampu mengambil hal-hal berguna melalui penderitaan tersebut. Pada akhirnya Ayub justru berhasil dalam hal menghadapi penderitaan yang menimpa dirinya. Perdebatan itu justru membuat Ayub tidak konsentrasi kepada penderitaannya.
Dalam pernyataan-pernyataannya dan sikap menghadapi penderitaannya Ayub justru membuktikan integritasnya. Sesuai dengan perkataannya bahwa Ayub tak akan menggunakan bibirnya mengucapkan kecurangan dan lidahnya tidak akan melahirkan tipu daya.
Jelas Ayub sudah mampu menjadikan dirinya menjadi teladan dalam hal ketabahan menghadapi cobaan dalam hal kesetiaan kepada kebenaran dan dalam ketekunan hidup beriman. Ayub bukan hanya teladan bagi umat sezamannya, melainkan bagi umat Tuhan sepanjang zaman. Ayub teladan bagi kita dalam hal mempertahankan integritas dalam masa sulit. Ayub juga teladan dalam cara hidup menghadapi cobaan.
Tidak ada alasan bagi orang percaya untuk tidak tabah dalam menghadapi cobaan bila menjadikan Ayub menjadi teladan. Sampai sekarang bila kita meneladani Ayub tentu kita pasti membuat keputusan untuk tetap setia kepada Allah dan terus bertahan dalam iman, pengharapan dan kasih yang merupakan pola hidup wajib bagi orang percaya.
Perlu diingat bahwa Allah akan memberi kuasanya sebagai pelindung umat-Nya yang setia. Allah akan menjaga umat-Nya yang setia dalam kasih karunia-Nya supaya umat-Nya hidup berkemenangan. Ayub adalah teladan yang kuat tetapi Yesus tetap menjadi teladan sempurna dan teladan utama. (MT)