Jumat 30 Desember 2022
MENJADI SAMA DENGAN MANUSIA
“Yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.” (Filipi 2:6-7)
Dalam sebuah cerita perwayangan dikisahkan tentang tawaran kepada para pangeran mempunyai kesempatan untuk menitis menjadi apa saja sesuai dengan pilihan-pilihan mereka. Para pangeran sangat cepat memilih yang sebagian besar menjadi raja yang sangat berkuasa. Tetapi beberapa orang dengan cepat memilih menjadi dewa. Tinggallah pangeran Werkudoro seorang yang sangat bingung untuk menentukan pilihannya.
Setelah berpikir matang-matang pangeran Werkudoro memilih tidak perlu menitis, dia memilih tetap menjadi manusia, tetapi menjadi seorang manusia sejati, manusia yang seutuhnya manusia, yang mengetahui apa dan bagaimana hidup sebagai seorang manusia. Werkudoro ingin tetap menjadi manusia dengan alasan manusia sudah mempunyai kelebihan, yang perlu dipahami adalah menyadari, mendalami, mengejar dan menerapkan kelebihan itu dalam hidup sehari-hari. Kelebihan yang dimiliki manusia adalah bahwa dia luhur dan mulia tidak perlu menjadi raja atau dewa sudah cukup menyadari kemanusiaan diri sendiri.
Pilihan Werkudoro untuk tetap menjadi manusia mengingatkan kita pada kisah penciptaan Allah yang mencipakan manusia segambar dengan Allah membuat manusia sebagai ciptaan Allah yang mulia. Tetapi dimanakah manusia yang mulia itu? Tentu saja tak akan pernah lagi ada sejak dosa telah merusak kemuliaan manusia itu. Dosa telah merusak kesegambaran manusia dengan Allah. Tetapi Natal adalah suatu peringatan akan fakta adanya dan sangat jelas adanya manusia yang luhur dan mulia. Karena Natal adalah suatu peristiwa “Allah menjadi sama dengan manusia”.
Selama 33 tahun Yesus memberi keteladanan hidup sebagai manusia sejati, manusia yang luhur dan mulia. Yesus membangun hubungan baik dan benar dengan Bapa-Nya di surga dan bapa-Nya yang di bumi. Selama di bumi Yesus membangun hubungan yang baik dengan lingkungan dan semua orang disekitarnya. Bila kita melihat kehidupan Yesus maka pesan utamanya bagi manusia adalah “Beginilah kualitas kehidupan manusia yang sesungguhnya”. Kenyataan yang terdapat pada kehidupan manusia pada umumnya adalah bukan lagi luhur dan mulia, tetapi telah merosot menjadi buruk yang kadang-kadang lebih rendah dari hewan.
Setiap Natal tiba kita diajak untuk memandang kepada Yesus yang walaupun Allah, Dia menjadi sama dengan manusia. Manusia luhur dan mulia untuk menjadi teladan bagi kita untuk hidup menjadi manusia sejati sesuai dengan kehendak Allah. (MT)