Jumat 16 Desember 2022
SUKACITA DALAM TUHAN
Bacaan Sabda : Nehemia 8:1-19
“Lalu berkatalah ia kepada mereka: ”Pergilah kamu, makanlah sedap-sedapan dan minumlah minuman manis dan kirimlah sebagian kepada mereka yang tidak sedia apa-apa, karena hari ini adalah kudus bagi Tuhan kita! Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!” (Nehemia 8:11)
Nehemia sangat menyadari bahwa pembangunan bait Allah dalam pimpinan imam Ezra dan pembanngunan tembok Yerusalem dalam pimpinan Nehemia terlaksana dengan baik hanyalah karena kuasa dan kemurahan Allah. Untuk membalas kebaikan Tuhan atas semuanya maka imam Ezra dan gubernur Nehemia merayakan hari raya pondok daun dengan pusat perayaan membacakan kitab taurat ditengah umat yang sedang bersekutu melaksanakan ibadah raya bagi hormat dan kemuliaan Allah. Peristiwa yang tertulis dalam pasal 8-10 ini adalah merupakan suatu ibadah kebangunan rohani terbesar dalam Perjanjian Lama. Ibadah kebangunan rohani istimewa ini memberi gambaran yang sangat jelas mengenai prinsip dasar pembaharuan dan kebangunan rohani sejati.
Kebangunan rohani adalah karunia yang datang dari Allah sesuai dengan firman Tuhan. Artinya kebangunan rohani terjadi karena pekerjaan Allah nyata di tengah umat yang memberi tanggapan yang baik dan benar terhadap firman Allah. Tanggapan yang benar terhadap firman Allah adalah menerima firman itu dengan hati terbuka sehingga melakukan pengakuan dosa, menyesali dosa dalam kerendahan hati karena hati yang dijamah Roh Kudus sehingga terjadi pertobatan. Dalam suasana kehidupan penuh keharuan yang mendalam Nehemia berkata kepada umat yang sedang mengalami pembaharuan hati agar makan dan minum menikmati sukacita surgawi karena sukacita surgawi dalam Tuhan adalah kekuatan dan perlindungan.
Sukacita karena Tuhan didasari oleh perdamaian dengan Allah atau terciptanya hubungan yang dekat dengan Allah. Hal itu terjadi karena kepastian sudah beroleh pengampunan dan diterima menjadi milik kesayangan Allah.
Sukacita karena Tuhan adalah benteng yang menjaga kita dari kesusahan dan pencobaan setiap hari. Kemudian sukacita karena Tuhan adalah kuasa yang memotivasi umat agar bertekun di dalam Tuhan dan setia sampai akhir.
Rasul Paulus dari penjara menulis surat untuk memotivasi jemaat Filipi “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan bersukacitalah” (Filipi 4:4). Dipenjarakan karena Injil tak menghentikan Paulus bersukacita. Dia justru membagi sukacitanya itu kepada jemaat di Filipi yang juga selalu siap teraniaya karena setia mengikut Yesus.
Sukacita sejati bukan bersumber dari banyaknya harta dan suasana aman. Sukacita sejati justru semakin nyata dalam kondisi ketiadaan harta atau sesuatu yang bisa diandalkan. Sukacita sejati justru menjadi pengalaman khusus saat semua tak ada selain tinggal berdua dengan Allah. (MT)