Minggu 11 Desember 2022
PENGEMBALIAN YEHUDA GELOMBANG KE-3
Bacaan Sabda : Nehemia 1:1-11
“Ketika kudengar berita ini, duduklah aku menangis dan berkabung selama beberapa hari. Aku berpuasa dan berdoa ke hadirat Allah semesta langit, kataku: ”Ya, TUHAN, Allah semesta langit, Allah yang maha besar dan dahsyat, yang berpegang pada perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan tetap mengikuti perintah-perintah-Nya” (Nehemia 1:4-5)
Kitab nabi Nehemia merupakan kitab terakhir yang mencatat sejarah Perjanjian Lama. Kitab nabi Nehemia inilah yang mencacat kembalinya rombongan ke 3 ke Yehuda. Ezra sebagai pemimpin rombongan ketiga fokus kepada pembangunan kembali bait Allah sedangkan Nehemia fokus pada pembangunan tembok Yerusalem yang sudah tinggal puing-puing dan reruntuhan. Nehemia hidup sezaman dengan Ezra melayani sebagai pejabat minuman raja Artahsasta.
Diawali dari peristiwa kedatangan Hanani dari Yehuda memberitakan kondisi Yerusalem, Nehemia sangat bersusah hati. Kesusahan hatinya semakin mendalam karena keadaan hidup penduduk Yerusalem penuh kesukaran dan berperilaku tercela. Respon Nehemia terhadap berita itu adalah merendahkan hati dan sujud berdoa menyembah Allah. Sikap Nehemia ini cukup jelas menunjukkan kondisi umat yang lahir bertumbuh hingga dewasa di negeri pembuangan. Hidup di tengah kekafiran ternyata tidak melunturkan iman umat kepada Allah. Justru mereka yang hidup di tengah orang kafir terbeban bagi umat dan pekerjaan Allah di Yerusalem yang merupakan pusat karya Allah dalam sejarah bangsa pilihan Allah, atau sejarah kerajaan Allah.
Nehemia mewujudkan keterbebannya melalui sikap berkabung dan berpuasa sebagai bukti kesungguhannya dalam berdoa. Doa yang disertai dengan air mata itu adalah merupakan bagian dari penyembahan yang sungguh kepada Allah. Suatu sikap pengakuan kepada Allah bahwa tanpa Allah tak ada yang dapat dia lakukan untuk menolong umat, tetapi bila Allah berkenan, hal-hal tak terduga bisa terjadi karena tidak ada yang mustahil bagi Allah.
Memohon belas kasihan Allah adalah merupakan doa yang datang dari kesungguhan dan kerendahan hati. Wujud belas kasihan Allah itu melalui berbagai hal yang bisa beragam tetapi sudah pasti sesuai cara Allah, karena Allah mempunyai banyak cara untuk menyatakan belas kasihan-Nya kepada umat-Nya. Cara yang dipakai Allah mewujudkan belas kasihan-Nya kepada Nehemia dan umat-Nya adalah dengan memakai Artahsasta raja Persia. Artahsasta menyalurkan belas kasihan-Nya dengan memakai seorang raja.
Melalui cara Allah ini, Dia memberi pesan bila kita ingin sesuatu mengenai orang lain seperti pertobatannya maka kita harus lebih dahulu menyampaikan keinginan kita itu kepada Allah. Karena hanya Dialah yang berkuasa dan berdaulat menggerakan dan mengubah hati manusia. Allah berkuasa menggerakan dan mengubah hati seorang pemimpin yang berpengaruh. (MT)