Selasa 06 Desember 2022
PEMULIHAN PENYEMBAHAN
Bacaan Sabda : Ezra 3:1-13
“Secara berbalas-balasan mereka menyanyikan bagi TUHAN nyanyian pujian dan syukur: ”Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya kepada Israel!” Dan seluruh umat bersorak-sorai dengan nyaring sambil memuji-muji TUHAN, oleh karena dasar rumah TUHAN telah diletakkan.” (Ezra 3:11)
Rombongan pertama umat Yehuda yang pulang dari pembuangan itu langsung membenahi kota yang hancur agar layak huni. Bulan yang ke 7 kota siap dibenahi, rakyat terus bersosialisasi agar melanjutkan kegiatan sehari-hari untuk memutuskan prioritas apalagi yang harus diperbaiki. Keputusan mereka adalah membangun mezbah kembali karena tak memadai lagi untuk dipakai. Umat sudah sangat rindu melakukan ritual membakar korban kebakaran. Mereka membangun mezbah dan mempersembahkan korban walaupun ancaman penduduk setempat selalu membayangi. Faktanya mereka tak diganggu, tetapi hal itu terjadi karena dalam pimpinan Zerubabel dan Yesua umat sangat berani.
Umat terus bergerak untuk memperbaiki dan membangun fasilitas umum yang sudah rusak tinggal puing-puing karena 70 tahun sudah tak berfungsi. Pada tahun yang kedua setelah tiba di Yerusalem umat bersepakat membangun bait suci. Membangun bait suci adalah prioritas tertinggi bagi umat setelah kembali dari pembuangan. Membangun bait suci bukanlah hanya sekedar membangun sebuah gedung, karena membangun bait suci selalu bersamaan dengan membangun dan memulihkan penyembahan yang tulus kepada Allah.
Di negeri pembuangan umat telah belajar bahwa bila umat tidak setia menyembah Allah maka Allah tidak hadir di tengah umat-Nya sebagai Pelindung. Penyembah Allah sama dengan mengutamakan Allah. Menyembah Allah adalah melibatkan hidup secara menyeluruh tubuh, jiwa dan roh menghadap Allah merendahkan diri di bawah kaki-Nya serta memuja, memuji dan bersyukur kepada-Nya. Umat yang melakukan penyembahan sejati kepada Allah bersamaan dengan menyelaraskan hidup dan keinginan kepada Allah. Setelah mezbah dan bait Allah dibangun umat secara spontan melantunkan pujian dan pengagungan kepada Allah.
Dalam hal ini pembangunan mezbah dan bait Allah bersamaan dengan pemulihan penyembahan dan kebangunan rohani umat. Umat memuji Allah setelah pembangunan selesai karena bila bait Allah sudah dibangun, bahkan mulai dari saat pondasi diletakkan mereka terima sebagai jawaban doa mereka kepada Allah. Pujian kepada Allah adalah ungkapan dan wujud iman yang Alkitabiah sebagai unsur ibadah yang harus ditaati seluruh umat dengan setia. Ketika umat melakukan dengan seruan kepada Allah maka tak dapat dibedakan mana yang menangis dan mana yang menyanyi karena yang menangis dan yang menyanyi sama-sama mengakui bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia Allah. (MT)