Minggu 27 November 2022
TIDAK SEGENAP HATI
Bacaan Sabda : 2 Tawarikh 25:1-27
“Amazia berumur dua puluh lima tahun pada waktu ia menjadi raja dan dua puluh sembilan tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem; nama ibunya ialah Yoadan, dari Yerusalem. Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, hanya tidak dengan segenap hati.“ (2 Tawarikh 25:1-2)
Yoas digantikan oleh anaknya Amazia menjadi raja Yehuda. Berbeda dengan ayahnya yang sudah menjadi raja pada masa kanak-kanaknya Amazia menjadi raja pada usia 25 tahun. Pada masa usia 25 tahun Amazia telah melakukan apa yang benar di mata Tuhan. Dia banyak belajar dari ayahnya yang memerintah dengan benar pada saat masih muda.
Ada tiga hal yang sangat merugikannya dalam hal memerintah orang Yehuda:
- Amazia bertindak benar tetapi tidak dengan segenap hati. Mungkin karena dia masih muda membuatnya tak sepenuh hati melakukan kebenaran. Suatu sikap setengah hati bertindak benar berarti membuka setengah hatinya untuk bertindak tidak benar. Suatu sikap ini justru dapat diartikan tidak bertindak benar. Hal setengah hati atau tidak dengan segenap hati ini adalah suatu sikap tidak mempunyai komitmen untuk hidup dalam kebenaran. Dapat juga diartikan sebagai sikap coba-coba kalau menguntungkan lanjut, kalau merugikan mundur. Tuhan Yesus menganjurkan agar mengasihi Allah haruslah dengan segenap hati, segenap kekuatan dan segenap akal budi. Hal itu berarti bagi Yesus tidak ada tempat bagi orang yang coba-coba dan setengah hati hidup dalam kebenaran dan mengasihi dia.
- Amazia membuka jalan bagi sikap terjerumus kepada penyembahan berhala. Amazia bekerja sama dengan Israel kelihatannya adalah sesuatu yang baik untuk membuka jalan bagi Israel untuk kembali kepada Allah. Padahal pemisahan Israel dari Yehuda adalah bagian dari agenda Allah untuk memurnikan Yehuda sebagai kerajaan yang dikekalkan. Amazia ditegur Allah oleh sikapnya ini karena dianggap sebagai dampak dari ketidaksegenapan hatinya untuk hidup dalam kebenaran.
- Karena ketidakkesegenapan hatinya ini yang terjadi adalah Amazia memulai dengan baik tetapi mengakhiri dengan buruk. Suatu komitmen yang lemah adalah merupakan suatu keputusan yang tidak setia untuk melakukan kehendak Allah. Padahal bagi umat beriman haruslah hidup bertekun untuk tetap kokoh setia kepada Allah. Artinya memulai dengan baik mengakhiri semakin baik, memulai dengan benar mengakhiri semakin benar. Rasul Paulus menasehati jemaat-jemaat yang merupakan alamat surat kirimannya. Khususnya Jemaat di Galatia. “Janganlah kamu memulai dengan Roh tetapi mengakhiri dalam daging”.
Penulis Tawarikh dan Rasul Paulus sudah melihat jauh ke depan hal-hal yang terjadi pada gereja akhir zaman. Jadi setialah hidup dalam kebenaran dengan segenap hati. (MT)