Selasa 15 November 2022
KEHADIRAN ALLAH TAK TERBATAS
Bacaan Sabda : 2 Tawarikh 6:1-42
“Tetapi benarkah Allah hendak diam bersama dengan manusia di atas bumi? Sesungguhnya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit pun tidaklah dapat memuat Engkau, terlebih lagi rumah yang kudirikan ini.” (2 Tawarikh 6:18)
Dalam I raja-raja 8:13 “Sekarang, aku telah mendirikan rumah kediaman bagi-Mu, tempat Engkau menetap selama-lamanya.” Pernyataan Salomo menyebut bahwa rumah Tuhan adalah tempat kediaman Tuhan untuk selama-lamanya adalah suatu pernyataan iman khusus, tidak boleh diartikan bila Tuhan berada hanya di satu tempat. Allah adalah Allah yang Maha hadir di semua tempat karena Dia di mana-mana tak dibatasi oleh ruang dan waktu. Allah ada di bait-Nya dalam arti Dia menyatakan kehadiran-Nya, secara khusus saat umat-Nya beribadah dibait-Nya.
Dalam gereja Tuhan sama halnya bahwa Yesus hadir di tengah umat-Nya yang bersekutu dalam nama-Nya (Matius 18:21). Alkitab sering berbicara mengenai rumah Tuhan, tetapi jangan diartikan bahwa rumah Tuhan sebagai tempat tinggal Tuhan. Jangan pula diartikan sebagai tempat satu-satunya Allah menghampiri atau hadir di tengah-tengah umat-Nya. Rumah Tuhan adalah tempat bagi umat Tuhan bersekutu untuk menikmati kehadiran Tuhan secara khusus.
Dalam perenungan Salomo selanjutnya dia menemukan bahwa konsepnya tentang rumah Tuhan perlu diperluas supaya jangan terkesan membatasi kehadiran Tuhan. Salomo menyatakan “Sesungguhnya langit bahkan langit yang mengatasi segala langit pun tidak dapat memuat Engkau”. Salomo mendirikan rumah Tuhan tidak bermaksud membatasi kehadiran Tuhan. Tidak juga bermaksud membangun tempat tinggal Tuhan. Salomo sangat mengetahui bahwa Tuhan tidak diam di satu tempat saja apalagi di suatu bangunan buatan tangan manusia.
Konsep dari Allah pada umat Allah Perjanjian Lama dengan gereja atau gedung gereja pada umat Allah Perjanjian Baru perlu juga dihubungkan karena sama-sama dibangun bukanlah untuk menjadi tempat tinggal Allah dan bukan pula satu-satunya tempat untuk mengalami pertemuan dengan Allah. Bait Allah dan gedung gereja dibangun sebagai tempat umat melakukan ibadah bersama atau bersekutu memuji Allah, menyembah Allah dan bersyukur kepada Allah atas kasih, kuasa dan kebaikan-Nya. Bila ada gereja lokal yang membangun gedung gereja megah janganlah bertujuan membangun mercu-suar kemegahan gereja lokal, tetapi hendaklah sebagai rasa syukur untuk mengakui kuasa dan kebaikan Allah yang berkenan hadir di tengah umat yang bersekutu dalam nama-Nya. (MT)