Kamis 06 Oktober 2022
TANGISAN NABI ELISA
Bacaan Sabda : 2 Raja-raja 8:7-29
“Namun demikian, Tuhan tidak mau memusnahkan Yehuda oleh karena Daud, hamba-Nya, sesuai dengan yang dijanjikan-Nya kepada Daud, bahwa Ia hendak memberikan keturunan kepadanya dan kepada anak-anaknya untuk selama-lamanya.” (2 Raja-raja 8:19)
Tangisan nabi Elisa dihadapan Hazael yang dinubuatkan akan membunuh Benhadad dan jauh setelah itu akan membunuh raja dan banyak rakyat Israel adalah tangisan untuk umat Allah. Sebagai seorang nabi, Elisa mempunyai visi mengenai umat Allah jauh ke depan. Dalam tuntunan Roh Allah Elisa melihat bahwa Hazael yang akan menjadi raja Aram akan melakukan kejahatan yang dahsyat kepada orang Israel. Elisa menangis karena kemurtadan akan mendatangkan hukuman yang dahsyat kepada Israel. Tangisan Elisa adalah tangisan seorang hamba Allah untuk umat karena tak mau bertobat sehingga harus menderita akibat dosa-dosa mereka.
Hal yang sama pernah dilakukan oleh Yesus sendiri untuk Yerusalem karena penduduk Yerusalem tidak mau bertobat walaupun terjadi banyak mujizat (Lukas 19:41). Rasul Paulus pun pernah menangisi gereja (Kisah Rasul 20:8-31). Nubuat nabi Elisa ini terbukti, karena Hazael menjadi raja Aram setelah membunuh Benhadad. Hazael pun melakukan tindakan kekerasan perang membuat Israel menderita dan mengalami kehancuran. Israel mengalami kehancuran besar saat Yoram anak Ahab menjadi raja Israel. Saat Yoram anak Yosafat menjadi raja Yehuda menyeret Yehuda ikut terjerumus kepada dosa Ahab karena Yoram raja Yehuda adalah merupakan menantu dari keluarga Ahab. Digantikan anaknya Ahazia menjadi raja Yehuda.
Dosa raja-raja Israel yang puncaknya adalah saat Ahab menjadi raja menjadikan Israel harus terhukum berat bahkan keluarga Ahab binasa. Dosa Ahab dilakukan oleh raja Yehuda, Yoram dan Ahazia, tetapi karena janji Allah kepada Daud dinasti Daud tetap terjaga. Dari berbagai hukuman yang menimpa semua raja-raja Israel dan beberapa orang saja, raja Yehuda adalah pelajaran penting. Allah menuntut tanggung jawab yang lebih besar dari para pemimpin umat termasuk para pemimpin rohani. Menjadi pemimpin tidak melulu mengenai kuasa dan kedudukan tetapi justru lebih banyak berbicara mengenai tanggung jawab. Jadi menjadi pemimpin harus siap menerima segala konsekuensi yang melekat kepada kepemimpinan itu. Allah sudah pasti menghukum semua pemimpin yang menuntun umat-Nya hidup dengan ketidakbenaran. Namun demikian janji Allah kepada Daud karena dia hidup benar melekat juga kepada keturunannya. Hal itu memotivasi semua umat Tuhan agar berjuang untuk hidup benar di hadapan Allah. Karena ternyata kematian tidak menghilangkan kebenaran. Mungkin saja orang benar tidak menikmati secara nyata buah kebenarannya, tetapi anak-anak dan keturunannya akan berdampak berkat janji Allah kepada umat-Nya. (MT)