Kamis 29 September 2022
NABI-NABI PALSU VS NABI SEJATI
Bacaan Sabda : 2 Raja-raja 4:38-44
“Tetapi berkatalah Elisa: “Ambillah tepung!” Dilemparkannyalah itu ke dalam kuali serta berkata: “Cedoklah sekarang bagi orang-orang ini, supaya mereka makan!” Maka tidak ada lagi sesuatu bahaya dalam kuali itu.” (2 Raja-raja 4:41)
Kelaparan sudah melanda seluruh negeri Israel sebagai dampak dari kemarau tiga setengah tahun. Semua rakyat menjadi korban kemarau panjang itu termasuk para nabi yang setia kepada Allah. Ketika Nabi Elisa kembali ke Gilgal dia mendapati rombongan nabi yang terduduk lesu karena lapar. Nabi Elisa menyuruh pembantunya menyediakan kuali dan memasak untuk mereka dan rombongan nabi. Salah seorang dari mereka mengambil sayuran dan labu liar untuk dimasak. Hal itu adalah sikap Elisa untuk mengajar mereka untuk tidak menyerah kepada situasi. Artinya dalam situasi tersulit pun masih ada yang dapat dilakukan. Setelah matang mereka mulai makan ternyata makanan itu mengandung racun dan segera dilaporkan kepada Elisa. Elisa memerintahkan mencampurkan dengan sedikit tepung. Makanan pun menjadi sehat.
Kembali Elisa mengajarkan jangan mudah panik, berinisiatiflah menangani masalah yang timbul. Berdasarkan kasus ini dapat dipahami bahwa Allah sudah menyediakan banyak makanan untuk manusia, asal manusia berpegang pada filosofi makan untuk hidup bukan hidup untuk makan. Selanjutnya ada seorang abdi Allah membawa hasil awal berupa 20 roti jelai serta sekantong gandum baru untuk diberikan kepada Elisa. Kehadiran abdi Allah itu juga mengajar rombongan nabi bahwa dalam keadaan sulit ada juga abdi Allah yang produktif dan memberi dengan sukacita. Setelah kemarau panjang berakhir dia langsung saja berkarya, rupanya hasilnya sangat memuaskan. Nabi Elisa mengarahkan abdi Allah itu agar memberikan pemberiannya itu kepada 100 orang untuk makan. Karena firman Allah datang kepada nabi Elisa “Orang akan makan dan masih ada sisanya”.
Setelah dihidangkan semua, mereka kenyang dan masih ada sisanya. Abdi Allah yang datang dari baal-Salisa ini adalah tipe seorang yang selektif memilih nabi atau suku Lewi yang menjadi alamat pemberiannya dia menolak memberi persembahannya kepada para imam dan suku Lewi yang buruk akhlaknya. Karena dia adalah orang saleh maka dia memberi persembahannya kepada nabi dan imam sejati yang setia kepada firman dan bertanggung jawab dengan tugasnya. Abdi Allah seperti ini adalah juga pemberi yang sejati tanpa mengharap balasan dari orang atau hamba Tuhan yang menerima persembahannya. Dia memberi sebagai wujud ketaatan dan kasihnya kepada Tuhan.
Jadi bila kita memberi jadilah pemberi sejati dan bila kita menerima jadilah penerima yang bersyukur dan mewujudkan rasa syukur dengan hidup baik dan benar. (MT)