Senin 19 September 2022
NABI ELIA MANUSIA BIASA
Bacaan Sabda : 1 Raja-raja 19:1-21
“Jawabnya: ”Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup, dan mereka ingin mencabut nyawaku.” (1 Raja-raja 19:14)
Ancaman seorang perempuan jahat bernama Izebel mampu membuat nabi Elia ketakutan putus asa dan ingin bunuh diri. Cukup ironis tetapi hal itu adalah menjelaskan sisi manusiawi seorang nabi Elia. Saat berada pada puncak iman Elia berhasil mematahkan bahkan membunuh 450 orang nabi baal, tetapi saat imannya berada pada titik lemah yang rendah dia dikalahkan seorang perempuan jahat Izebel penyembah berhala baal.
Elia adalah seorang yang kehilangan pelayanan karena memperjuangkan kebenaran. Dia harus pergi ke padang gurun untuk menyelamatkan diri kemudian mengeluh secara bebas untuk mengungkapkan hatinya kepada Allah. Ungkapan nabi Elia sama dengan ungkapan rasul Paulus saat menyatakan ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus (Filipi 1:23). Nabi Elia menyatakan “ambillah nyawaku” adalah ungkapan ingin mati di tangan Allah. Elia begitu patah semangat karena merasa diri telah gagal. Peristiwa supranatural di atas gunung Karmel diharapkan membuat Izebel bertobat ternyata yang terjadi adalah Izebel semakin jahat.
Nabi Elia merasa kesepian karena menganggap bahwa dirinya sendirilah nabi yang setia di Israel. Elia lupa bahwa Obaja kepala istana raja Ahab menyembunyikan dan membiayai 100 orang nabi yang setia di Israel, pelarian karena ketakutan ke gunung Horeb telah membuatnya kelelahan. Perhatian Allah sangat jelas kepada nabi Elia dengan mengutus malaikat menguatkannya agar mampu dalam perjalanan 40 hari ke gunung Horeb. Di gunung Horeb nabi Elia menunggu kehadiran Allah, tetapi kehadiran Allah berbeda dengan pendapat dan anggapannya.
Kehadiran Allah bukanlah pada angin besar, gempa bumi dan api, justru melalui angin sepoi-sepoi basah. Kehadiran Allah menyemangati nabi Elia untuk tugas-tugas terakhir yang harus segera dilakukan. Elia diperintahkan Allah mengurapi Elisa menjadi penerus untuk melakukan tugas kenabian. Kehadiran Nabi di tengah umat-Nya bukanlah dadakan tetapi terencana dan terproses dengan baik. Bukan pula mengangkat diri tetapi dipanggil dan ditugaskan Allah dan bukan bersifat teoritis belaka tetapi melalui fakta historis yang nyata.
Allah juga menyatakan bahwa Elia salah menyatakan diri satu-satunya yang setia kepada Allah karena masih ada 7.000 orang yang setia kepada Allah dan menjauhi penyembahan berhala baal. Sepanjang kisah dalam Alkitab umat yang setialah yang hidup berkemenangan, dikenal dan dikenan Allah. (MT)