Selasa 23 Agustus 2022
SIKAP MENGHADAPI HINAAN
Bacaan Sabda : 2 Samuel 16:1-23
“Pula kata Daud kepada Abisai dan kepada semua pegawainya: “Sedangkan anak kandungku ingin mencabut nyawaku, terlebih lagi sekarang orang Benyamin ini! Biarkanlah dia dan biarlah ia mengutuk, sebab TUHAN yang telah berfirman kepadanya demikian. Mungkin TUHAN akan memperhatikan kesengsaraanku ini dan TUHAN membalas yang baik kepadaku sebagai ganti kutuk orang itu pada hari ini.” (2 Samuel 16:11-12)
Pada awal menjelang Daud menjadi raja Israel sesuai petunjuk Allah kepada Samuel yang mengurapinya, Daud harus menjadi pelarian karena dikejar-kejar oleh raja Saul. Pada saat itu Daud memasuki proses untuk menjadi raja Israel. Setelah dia menjadi raja, Daud sukses mempersatukan Israel dan menjadikan Israel menjadi kerajaan yang disegani oleh semua bangsa. Raja Daud yang sudah sukses dengan tahta dan harta tidak berhati-hati sehingga dia terjatuh oleh wanita-wanita tak bersalah karena sepenuhnya kesalahan terjadinya perzinahan adalah oleh nafsu bihari dan keserakahan raja Daud.
Nabi Natan disuruh Allah menyampaikan dosa dan hukuman akibat dosa Daud. Daud yang sudah memasuki usia lanjut menerima semua hukuman asal jangan dibuang dari hadirat Allah. Daud memasuki proses penyempurnaan hidup pada masa tuanya. Ketika Absalom berhasil mengkudetanya diatidak mengadakan perlawanan karena menerimanya sebagai akibat dari dosa-dosa dan kesalahannya. Daud melarikan diri diiringi oleh hinaan Simei seorang Benyamin pencinta Saul. Padahal Daud tidak pernah berbuat salah kepada Saul, bahkan pada masa kejayaanya berbuat baik kepada Mefibaset keturunan Saul. Abisai penglima Daud ingin melawan Simei tetapi dicegah oleh Daud.
Daud berpendapat hinaan sudah merupakan resiko akibat dosanya, bahkan anak kandungnya ingin membunuhnya. Daud pasrah menerima hukuman dalam wujud berbagai ancaman pembunuhan dan berbagai hinaan dari manusia asal tetap beroleh pengasihan dari Allah. Hinaan demi hinaan direspon dengan cara pasrah kepada Allah. Penghinaan yang dilakukan Absalom anaknya untuk memancing kemarahan Daud yang paling sadis adalah menzinahi gundik-dundik Daud pada siang hari dipertontonkan kepada seluruh umat Israel pendukung Absalom. Daud semakin menderita tetapi dia pasrah menerima hinaan karena dia tahu semua terjadi sebagai hukuman atas dosa dan kesalahannya. Daud melakukan dosa besar sehingga dia siap menerima penghinaan yang hebat dari anaknya sendiri. Daud tak berusaha membela diri karena sadar akan kesalahannya. Setiap hinaan yang menimpanya direspon tanpa pembelaan sebagai sikap menerima hukuman atas dosanya.
Hinaan dari manusia dijadikan sebagai sarana untuk memperoleh pengasihan Allah. Daud sudah siap semakin dihina manusia asal tetap dikenan oleh Allah. Semakin dihina manusia, Daud justru semakin mendekatkan diri kepada Allah. Pasrah dihina membuatnya pasrah kepada kehendak Allah. (MT)