Senin 22 Agustus 2022
KEPASRAHAN MENERIMA HUKUMAN
Bacaan Sabda : 2 Samuel 15:1-37
“Kemudian berbicaralah Daud kepada semua pegawainya yang ada bersama-sama dengan dia di Yerusalem: “Bersiaplah, marilah kita melarikan diri, sebab jangan-jangan kita tidak akan luput dari pada Absalom. Pergilah dengan segera, supaya ia jangan dapat lekas menyusul kita, dan mendatangkan celaka atas kita dan memukul kota ini dengan mata pedang!” (2 Samuel 15:14)
Raja Daud adalag seorang ayah yang baik bagi anak-anaknya termasuk Absalom yang baru saja saling melepaskan rindu karena baru pulang dari pelarian setelah membunuh saudaranya. Ternyata Absalom tidak tulus mengasihi dan merindukan ayahnya. Dalam hati dia segera merencanakan yang buruk terhadap ayahnya. Absalom menyadari bahwa Daud tak akan memberi tahta kerajaan kepadanya karena kejahatan membunuh saudaranya Amnon. Tanpa merasa bersalah dia berencana mengkudeta ayahnya. Cara kerjanya sangat licik sehingga ayahnya menaruh curiga kepada gerakan-gerakannya.Absalom mencuri hati orang Israel dengan cara pendekatan terencana dalam wujud pencitraan yang dilakukan dengan halus namun cukup membuat rakyat mulai berpihak kepadanya. Selama 4 tahun Absalom berkomplotan untuk merebut tahta di balik pencitraannya. Daud mungkin saja mengetahui kejahatan Absalom anaknya, tetapi dia pasrah saja karena menerima sebagai akibat dari kesalahannya.
Berpoligami selalu mendatangkan penderitaan akibat keretakan keluarga, yang bisa langsung berdampak buruk atau dampaknya baru terjadi pada waktu jauh ke depan. Kemampuan memimpin bangsa Israel dilandasi dengan kesetiaan kepada Allah hilang karena Daud tidak setia pada nilai dasar hidup berkeluarha saling setia suami istri. Kemampuan memimpin memudar karena dosa dan reputasinya yang tercemar. Absalom meminta nasehat dari Ahitofel penasehat Daud, dan oleh nasehat dari Ahitofel semakin banyak rakyat yang memihak kepada Absalom. Akhirnya Absalom secara pasti dan menyakinkan berhasil mengkudeta Daud ayahnya.
Daud terpaksa melarikan diri menghindar dari usaha anaknya yang berusaha membunuhnya untuk merebut tahta. Daud meninggalkan Yerusalem sambil menangis. Daud tak berusaha memberi perlawanan untuk menghindari terjadinya pertumpahan darah. Mungkin Daud mengingat dosanya sehingga usaha kudeta dia tanggung. Daud menjadi pelarian oleh ulah anaknya sendiri. Daud menerima fakta ini dengan sikap rendah hati. Daud cukup berhasil mempersatukan Israel tetapi gagal untuk mempersatukan keluarganya. (MT)