Jumat 19 Agustus 2022
HUKUMAN ATAS DOSA DAUD
Bacaan Sabda : 2 Samuel 12:15-31
Jawabnya: “Selagi anak itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku: siapa tahu TUHAN mengasihani aku, sehingga anak itu tetap hidup. Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku.” (2 Samuel 12:22-23)
Nafsu seksual tak terkendali merupakan dosa yang banyak menjatuhkan para pemimpin yang sukses, termasuk para pemimpin rohani seperti para pendeta. Seringkali mereka para pendosa akhir zaman menjadikan para tokoh Alkitab seperti Daud dan Salomo menjadi rujukan untuk melakukan dosa besar ini tanpa merasa bersalah. Pada zaman raja-raja umat Israel sangat dipengaruhi budaya dimana raja-raja beristri lebih dari satu atau banyak tidak dianggap sebagai suatu hal yang salah. Tetapi firman Tuhan tetap teguh sebagai standar moral umat Tuhan bahwa semua umat termasuk raja tidak boleh mempunyai istri lebih dari satu (Ulangan 17:17).
Raja Daud bukanlah rujukan dalam hal berumah tangga walaupun rujukan dalam hal hidup dekat dengan Tuhan dan takut kepada Tuhan. Tetapi perlu dicamkan dengan baik bahwa hukuman atas dosa Daud ini haruslah ditanggung yaitu bahwa pedang tidak akan menyingkir dari keturunannya selama-lamanya. Semua umat yang beriman yang jatuh dalam dosa seksual perusak rumah tangga ini terkategorikan sebagai perbuatan keji menghina Allah yang konsekuensinya adalah kehancuran kepemimpinan dan kehancuran keluarga yang bisa langsung nyata tetapi bisa saja berakibat jauh ke depan. Daud menerima langsung akibat dosa kesalahannya. Anaknya dari Batsyeba langsung menderita sakit yang mematikan, Daud mengetahui bahwa hal ini adalah akibat dosanya. Dia langsung berpuasa mohon belas kasihan Allah untuk kesembuhan anaknya. Setelah anaknya meninggal dia langsung berhenti berpuasa dan melakukan tugasnya sebagai raja yang membuat orang-orang istana tidak memahami sikap raja.
Raja Daud mengetahui kematian anaknya adalah hukuman langsung atas dosanya, jadi tak ada guna menangisi kematiannya. Dia membuat pernyataan yang benar dalam menghadapi kematian seseorang yang dikasihi “Dia tidak akan datang lagi kepadakuu, tetapi akulah yang akan pergi kepadanya”. Dia menghibur hati Batsyeba dan pada waktunya Batsyeba dikaruiniai anak yang diberi nama Salomo. Atas petunjuk nabi Natan diberi nama Yedija, oleh karena Tuhan. Sejak itu Daud mulai berhati-hati dengan tindakannya. Dia terima hukuman dan siap menanggung konsekuensi akibat dosanya. Daud tidak berusaha menutupi dosanya karena dia tahu tak ada gunanya.Dia pun tak berusaha membela diri, karena hal itu hanyalah menambahkan hukuman atas dirinya. Sikap Daud dalam hal menerima disiplin atas dosanya menjadi teladan bagi umat Tuhan sepanjang zaman. (MT)