Rabu 06 April 2022
PENYEMBAH DAN PENGHUJAT
Bacaan Sabda : Imamat 24:1-23
“TUHAN berfirman kepada Musa: “Perintahkanlah kepada orang Israel, supaya mereka membawa kepadamu minyak zaitun tumbuk yang tulen untuk lampu, supaya lampu dapat dipasang dan tetap menyala” (Imamat 24:1-2)
Dalam pasal ini terjadi dua hal yang sangat kontradiktif. Allah mendapat perintah agar umat membawa minyak lampu tumbuk sebagai persiapan agar lampu tetap menyala. Lampu yang menyala adalah lambang kehadiran Allah yang terus menerus di tengah-tengah umat-Nya. Umat harus tetap dipenuhi terang hidup yaitu kehadiran Allah. Lampu itu tetap menyala berkat kerjasama umat dan ketaatan umat untuk terus mempersiapkan minyak zaitun tumbuk. 12 roti sajian adalah merupakan lambang 12 suku Israel yang berarti seluruh umat harus mempunyai kesadaran bersama dan kerjasama untuk hidup di hadapan Allah dan mentaati perintah Allah. Hal itu juga berarti haruslah senantiasa bersama untuk hidup berserah kepada Allah. Roti sajian yang diletakkan di atas meja itu adalah lambang keadilan Allah untuk memelihara umat-Nya.
Dalam penggenapan sempurna dalam Perjanjian Baru roti ini menunjuk kepada Yesus yang adalah roti hidup, yang juga merupakan hal yang diyakini gereja-Nya saat mengikuti sakramen perjamuan kudus untuk mengingat karya Yesus juga meyakinkan diri atas kepastian kehidupan ini selalu berada dalam penyertaan-Nya. Dengan demikian minyak dalam lampu dan roti sajian ini merupakan doa umat untuk menyembah-Nya yang hadir di tengah umat yang bersekutu dalam nama-Nya dan juga ucapan syukur atas kenyataan dan pemeliharaan-Nya yang nyata atas umat-Nya. Sangat kontradiktif dengan kisah selanjutnya yang terdapat dalam pasal yang sama. Ketika Musa bersemangat menyampaikan firman kepada umat sebagai suatu ketetapan Allah untuk ditaati umat, justru muncul seorang pehujat Tuhan.
Perkemahan Israel yang biasa tenang tiba-tiba saja ribut karena terjadi perkelahian. Rupanya perkelahian itu tidak dapat segera didamaikan sehingga pihak yang menjadi sumber perkelahian itu menggunakan mulutnya mengeluarkan kata-kata yang menghujat Allah. Penghujat segera dihadapkan kepada Musa ditahan kemudian dihukum. Sementara di kemah suci umat menyembah menikmati hadirat Allah, di tengah masyarakat umat pilihan Allah terjadi penghujatan. Penyembahan dan penghujatan kepada Allah adalah merupakan dua hal yang sangat bertentangan tetapi kedua hal yang kontradiktif ini biasanya ada di tengah umat. Sebaiknya umat fokus saja menyembah dan menolak dengan tegas sifat penghujat yang justru mengundang penderitaan dan hukuman. (MT)