Selasa 15 Februari 2022
KEJAMNYA PERBUDAKAN
Bacaan Sabda : Keluaran 4:18-31
Sabda Renungan : “Maka engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah firman TUHAN: Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung; sebab itu Aku berfirman kepadamu: Biarkanlah anak-Ku itu pergi, supaya ia beribadah kepada-Ku; tetapi jika engkau menolak membiarkannya pergi, maka Aku akan membunuh anakmu, anakmu yang sulung.” (Keluaran 4:22-23)
Allah memilih waktu yang tepat mengutus Musa ke Mesir. Waktu yang tepat itu adalah saat semua oknum yang bernafsu membunuh Musa sudah meninggal. Langkah awal yang harus dilakukan Musa adalah menyampaikan firman Allah kepada Firaun agar mengizinkan Israel keluar dari Mesir untuk beribadah. Allah menyatakan Israel adalah anak-Nya yang sulung. Bila Firaun tidak mengizinkan anak sulung-Nya keluar maka Allah akan bertindak membunuh anak sulung Firaun. Tidak mudah menyampaikan pesan Allah kepada Firaun yang tidak percaya kepada Allah. Hal itu tentu menjadi dilema bagi Musa tetapi apapun resikonya firman Allah haruslah disampaikan. Pernyataan Allah menyatakan Israel adalah anak sulung-Nya adalah menunjukkan kasih dan hubungan khususnya dengan Israel.
Dalam perjalanan sejarah penyebutan Israel menjadi anak sulung-Nya semakin dipersempit. Allah menyatakan keturunan Daud menjadi anak sulung-Nya (2 Samuel 7:14; Mazmur 2:7). Dan semakin fokus menyatakan Yesus sebagai anak-Nya yang tunggal (Yohanes 3:16). Dan semua yang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat diberi hak untuk menjadi anak-anak Allah dalam pengertian menjadi pewaris Kerajaan Allah. Mungkin karena Musa fokus kepada perintah Allah yang baru, dia lupa untuk mentaati perintah Allah yang lama. Dia lupa menyunat anak-anaknya sehingga Allah berikhtiar untuk membunuh Musa. Musa lalai melaksanakan sunat sebagai tanda perjanjian Allah, yaitu sunat kepada anaknya sendiri. Allah memandang hal itu sebagai tanda ketidaktaatan yang terang-terangan dari pihak Musa. Allah membuat Musa menderita penyakit yang mengancam nyawanya sehingga Musa segera menyunat anaknya. Jadi jelas bahwa pemilihan Allah atas hambanya berlaku hanya bila hamba-Nya taat kepada firman-Nya.
Awal Kitab Keluaran ini sangat jelas adalah merupakan pertentangan antara dua kekuatan Tuhan dan Firaun. Dalam agama Mesir Firaun dianggap sebagai penjelmaan dewa matahari Ra. Sebagai oknum yang didewakan Firaun sangat meragukan kuasa Allah Israel. Itulah sebabnya Firaun memperbudak Israel sebagai wujud nyata meragukan dan menentang Allah umat Israel. Firaun menganggap dirinya lebih berkuasa daripada Allah Israel. Dalam ayat firman selanjutnya Allah menurunkan sepuluh tulah untuk menghukum orang Mesir termasuk Firaun. Itu merupakan cara Allah untuk menyatakan kepada umat-Nya bahwa Dia jauh lebih berkuasa dari dewa-dewa Mesir termasuk Firaun. Tetapi juga mengalahkan Firaun yang dengan sombongnya berusaha menentang Allah. Hanya dengan mengalahkan kuasa Firaunlah cara untuk memaksa Firaun mengizinkan Israel keluar dari negeri perbudakan Mesir. (MT)