Rabu 09 Februari 2022
CAMPUR TANGAN ALLAH
Bacaan Sabda : Keluaran 1:1-22
Sabda Renungan : Kemudian bangkitlah seorang raja baru memerintah tanah Mesir, yang tidak mengenal Yusuf. Berkatalah raja itu kepada rakyatnya: “Bangsa Israel itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita. Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan — jika terjadi peperangan — jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini.” (Keluaran 1:8-10)
Jasa Yusuf terhadap perkembangan dan kemajuan Mesir sangatlah besar. Hal itu membuat Israel tetap aman dan berkembanng menjadi bangsa yang besar di Mesir. Sejarah terus berlanjut hingga muncul seorang Firaun yang tidak mengenal Yusuf. Jasa Yusuf kepada orang Mesir semakin meredup akhirnya terlupakan. Hal itu mengubah sikap Mesir kepada bangsa Israel. Kebijaksanaan firaun yang pertama adalah menghambat laju pertumbuhan jumlah penduduk Israel dengan cara memperkejam perbudakan kepada orang Israel. Ternyata cara ini tidak berhasil. Bangsa Israel diwajibkan membangun kota perbekalan Pitom dan Ramses.
Kekejaman demi kekejaman terhadap Israel terus berlanjut tetapi laju pertumbuhan tetap tak terhambat. Kekejaman demi kekejaman perlakuan Mesir memperbudak Israel tak berhasil menggagalkan janji Allah kepada bangsa Israel. Nubuat mengenai perkembangan bangsa Israel justru tergenapi bersamaan dengan penindasan dan perbudakan kepada bangsa pilihan Allah itu. Allah mengijinkan penindasan kepada umat-Nya, agar umat bertumbuh menjadi bangsa yang kuat, tetapi agar umat-Nya juga tidak terlena dengan kenyamanan di Mesir dan mulai berseru kepada Allah. Penindasan menjadikan umat Israel terpisah dari umat penyembah berhhala yang mempunyai kebiasaan hidup tidak bermoral. Karena tidak adanya standar moral yang pasti. Bangsa Israel bukanlah bangsa tak berdosa, tetapi dengan adanya standar moral yaitu firman Allah membuat mereka jauh lebih baik secara moral dari orang Mesir. Penindasan dan perbudakan tidak menjadikan pertumbuhan bangsa Israel berhenti.
Raja Mesir semakin marah sehingga dia memerintahkan bidan-bidan yang menangani kelahiran orang Israel segera membunuh bayi laki-laki Israel yang lahir. Pada saat itulah bidan Mesir bernama Sifra dan Pua melakukan perannya untuk melindungi bayi-bayi laki-laki Israel. Hati nurani kedua bidan itu cukup bersih membuat mereka tak sanggup melakukan kesalahan dan kejahatan yangmerenggut nafas hidup seorang bayi. Allah pun berbuat baik kepada 2 bidan Mesir itu. Kedua bidan yang takut akan Allah itu pun dipertemukan Allah dengan jodoh yang benar dan tepat untuk hidup dan menjalani rumah tangga yang sejahtera dan bahagia. Raja Mesir terus melakukan upaya termasuk melemparkan anak laki-laki ke sungai Nil. Tetapi segala usaha raja Mesir untuk menghentikan laju pertumbuhan bangsa Israel selalu gagal. Bila Allah yang bekerja bagi umat-Nya sudah pasti tak ada kuasa yang mampu menghentikannya. (MT)