Senin 24 Januari 2022
BERKAT KESULUNGAN
Bacaan Sabda : Kejadian 27:1-28:9
Sabda Renungan : “Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan. Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.” (Ibrani 12:16-17)
Walaupun Esau dan Yakub anak kembar dalam banyak hal mereka mempunyai karakter dan pola hidup yang berbeda bahkan cenderung bertentangan. Hal itu membuahkan hal yang sangat tidak patut dilakukan orangtua yaitu baik ayah maupun ibu memperlakukan anak-anak secara berbeda. Ishak sang ayah lebih sayang kepada Esau pemburu sedangkan Ribka sang ibu lebih sayang kepada Yakub yang lebih tenang dan suka tinggal dirumah (kemah). Sikap Allah berdasarkan kemahatahuan-Nya pun berbeda yaitu “Mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau” (Roma 9:13). Tentu saja sikap orang tua (Ishak dan Ribka) sangat didasari selera dan keterbatasan untuk mengenal anak-anak mereka. Allah melihat jauh ke depan dan mengenal perjalanan hidup Esau yang sangat berbeda dengan kehidupan Yakub adiknya yang dimulai dengan sikap mereka yang berbeda terhadap hak kesulungan.
Penulis Ibrani menjelaskan fakta bahwa Esau itu cabul dan mempunyai nafsu yang rendah. Hak kesulungan adalah karunia yang sangat berharga bagi anak sulung. Dikemudian hari orang Israel menghargai karunia kesulungan ini degnan cara memberi warisan dua kali lipat dari anak-anak yang lain. Saat Yakub sangat menginginkannya justru Esau menukarkannya kepada adiknya (Yakub) hanya dengan semangkok sop kacang merah. Kenyataan lain yang membuktikan Esau cabul dan mempunyai nafsu rendah adalah secara sembarangan meminang perempuan-perempuan penyembah berhala menjadi istrinya. Jadi secara legal dia adalah anak sulung tetapi dia tidak menghargai karunia Allah yang menjadikannya menjadi anak sulung. Sedangkan Yakub secara legal tidak berhak menjadi anak sulung tetapi berupaya untuk memperolehnya, karena dia sangat menghargai karunia Allah itu. Upaya pertama yang dilakukan adalah dengan cara merebutnya dari Esau hanya memberi semangkok sup kacang merah hasil olahannya. Upaya selanjutnya adalah menuruti nasehat ibunya dengan cara menipu ayahnya yang sudah tua dan tak bisa lagi melihat. Dengan cara-cara yang salah Yakub berhasil memperoleh hak kesulungan itu setelah ayahnya Ishak yang tertipu itu memberkatinya sebagai anak sulung atau mewariskan berkat kesulungan itu kepada Yakub.
Allah mengasihi Yakub berdasarkan kemahatahuan-Nya mengenal Yakub yang sangat menghargai karunia Allah. Dalam hal ini jelas Allah memberikan karunia-Nya kepada orang yang menghargainya. Allah terus mengawasi sejarah agar karunia-Nya itu terus disandang orang yang tepat karena menghargainya. (MT)