Selasa 11 Januari 2022
KELUARGA NUH
Bacaan Sabda : Kejadian 9:18-10:32
Sabda Renungan : “berkatalah ia: Terkutuklah Kanaan, hendaklah ia menjadi hamba yang paling hina bagi saudara-saudaranya. Lagi katanya:Terpujilah TUHAN, Allah Sem, tetapi hendaklah Kanaan menjadi hamba baginya”. (Kejadian 9:25-26)
Air bah cukup berhasil melenyapkan sejumlah besar makhluk hidup dan manusia berdosa tetapi tak berhasil melenyapkan dosa dari hidup manusia. Manusia keturunan Nuh terus berkembang secara turun temurun tetapi sejarah terus memberi catatan bahwa semua manusia tetap berdosa. Pemisahan antara 2 kelompok terus saja terjadi sejak keturunan Nuh. Ada kelompok Ham yang mengolok-olok Nuh, ayahnya yang berkelakuan tak sopan karena pengaruh anggur yang memabukkan dan ada kelompok Sem dan Yafet yang menutupi kelakuan tak sopan sang ayah dan mengasuh orangtua yang mabuk itu sampai siuman dari mabuknya. Kelompok Ham dan keturunannya menjadi orang terkutuk sedangkan kelompok Sem dan Yafet dan keturunan mereka menjadi orang-orang yang diberkati.
Dalam perjalanan sejarah manusia bumi ini menjadi kediaman bersama orang-orang yang dikutuk dan orang-orang yang diberkati. Orang-orang baik dan orang-orang jahat. Orang-orang benar dan orang-orang bersalah. Tetapi orang-orang diberkati dan baik serta benar tetaplah orang-orang bedosa. Fakta yang terjadi dalam keluarga Nuh terus berlanjut dalam keluarga manusia turun temurun. Dosa telah membuat manusia itu labil, Nuh adalah seorang tak bercela dan hidup bergaul dengan Allah (Kejadian 6:9). Saat Nuh diperintahkan membuat bahtera dia taat. Dalam waktu yang panjang disertai kerja keras dalam tekanan orang-orang sezamannya dia taat dan melaksanakan tugas dari Allah secara tuntas. Tetapi setelah air bah surut, Nuh dan keluarganya menerima janji Allah dan kembali menjalani hidup normal sebagai petani, Nuh berbuat hal yang cukup memalukan. Ada juga kemungkinan kalau Nuh mabuk anggur didasari oleh unsur ketidaktahuan dan unsur ketidaksengajaan. Tetapi tetaplah hal itu sebagai suatu kesalahan. Air bah bisa saja menjadi peristiwa yang memberi dampak buruk kepada Nuh, sehingga dia melakukan perbuatan yang bertentangan dari karakternya sebagai orang benar, tak bercela dan hidup bergaul dengan Allah. Nuh hanyalah seorang manusia yang berdosa yang walaupun berkarakter unggul pada zamannya dia tetaplah seorang manusia yang labil.
Penyebutan anggur pertama dalam Alkitab langsung dihubungkan dengan kemabukan, dosa, rasa malu dan kutukan. Hal-hal buruk yang menyertai minuman keras membuat Allah melarang dan menjauhkannya. Dan kemabukan yang terjadi dalam keluarga Nuh ini adalah peringatan keras bagi semua umat beriman agar menjauhi minuman yang memabukkan. Adanya kutukan dan berkat yang menimpa anak-anak Nuh yang berkaitan dengan perlakuan hal yang bersyarat. Keturunan Ham yang dekat kepada Tuhan dan hormat kepada orangtua akan tetap diberkati. Sebaliknya keturunan Sem dan Yafet bila jauh dari Tuhan dan tidak hormat kepada orangtua bisa juga terkutuk. Melalui kisah keluarga Nuh jelas bahwa Allah tetap memegang kendali atas sejarah kehidupan manusia. (MT)