Sabtu 08 Januari 2022
TUHAN MENYESAL
Bacaan Sabda : Kejadian 6-8
Sabda Renungan : “Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya”. (Kejadian 6:5-6)
Tuhan menyesal adalah suatu pernyataan tentang Allah yang paling bertentangan dengan atribut Allah sebagai yang Mahatahu. Bila ada penyesalan berarti ada kesalahan yang dibuat oleh keterbatasan pengetahuannya. Manusia menyesal itu sifatnya pasti tetapi bila Allah menyesal apakah itu berarti Allah terbatas? Nah! di sinilah keterbatasan kosa kata atau perbendaharaan kata yang dimiliki manusia dalam hal menjelaskan sikap dan karya Allah. Sesunguhnya Allah menyesal bukanlah bertentangan dengan atribut-Nya sebagai yang Mahakuasa dan Mahatahu. Allah menyesal adalah bahasa manusia untuk menjelaskan hubungan dan keperdulian-Nya kepada manusia. Dalam peristiwa air bah memberi penjelasan mengenai sikap Allah kepada manusia dan sikap Allah kepada dosa. Sikap Allah kepada manusia bisa berubah walaupun Allah pasti tidak berubah. Allah berdaulat mengubah sikap-Nya tetapi tak akan mengubah pribadi dan atribut-Nya. Allah menyatakan perasaan-Nya kecewa terhadap kejahatan manusia dalam dosa. Sikap Allah kepada dosa adalah benci.
Pada zaman Nuh manusia rupanya sudah betul-betul menyatu dengan dosa sehingga Allah mengubah kemurahan dan kesabaran-Nya dengan murka untuk menghukum manusia berdosa. Bila Allah menyesal telah menciptakan manusia berarti adalah sebuah kata untuk menjelaskan, Dia terbuka dan responsif dalam hubungan-Nya dengan manusia. Pernyataan bahwa Allah menyesal adalah juga Allah dapat merasakan kesulitan dan kesedihan manusia yang mempunyai kasih yang mendalam dan perhatian yang Ilahi terhadap manusia dan persoalannya. Allah memutuskan menghukum manusia tetapi menyelamatkan Nuh dengan syarat adalah penjelasan bahwa Allah ternyata memperhatikan manusia seorang demi seorang. Allah mengenal semua orang pribadi lepas pribadi sehingga mata-Nya tertuju kepada orang yang hidup berkenan kepada-Nya.
Bila Allah memutuskan untuk menghukum manusia dengan menumpas mereka dari atas bumi dengan air bah itu adalah keputusan yang dibuat berdasarkan kedaulatan-Nya. Tetapi bila dalam keterbatasan mencoba mengajukan pendapat ada dua kemungkinan:
- Kemungkinan pertama adalah untuk melindungi Nuh dan keluarganya dari kejahatan manusia. Sebab bila tak segera dihukum bisa saja Nuh dan keluarganya akan menjadi korban kejahatan manusia yang semakin lama dibiarkan akan semakin jahat.
- Kemungkinan kedua adalah bila Allah tidak menghukum manusia, manusia akan punah karena kejahatan yang semakin meningkat dan mengorbankan semua makhluk. Jadi dalam hal ini dalam menghukum bukan berdasarkan kebencian dalam wujud kemarahan melainkan berdasarkan kasih dalam wujud hukuman dengan tujuan melestarikan ciptaan-Nya. (MT)