Rabu 22 Desember 2021
TAKUT – MEMPERBUDAK, MENJELASKAN
Takut : – Memperbudak – Membebaskan – Memposisikan
Bacaan sabda : Mazmur 111:1-10
Matius 10:28 “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka”.
Ketakutan atau rasa takut adalah hal yang sangat umum dialami oleh manusia. Bila rasa takut itu masih dapat dikendalikan tentu masih hal yang wajar bahkan mungkin saja dibutuhkan karena bisa membuat seseorang bertindak lebih berhati-hati. Tetapi kalau sudah tak terkendali maka rasa takut itu bisa sangat merugikan bahkan melumpuhkan potensi diri yang mengalaminya.
Ada beberapa jenis rasa takut yang biasa dialami oleh manusia:
- Pertama adalah rasa takut yang memperbudak. Ketakutan yang memperbudak. Ketakutan yang memperbudak ini adalah akibat dosa (Kejadian 3:10). Ketakutan yang memperbudak adalah juga bagian dari hukuman akibat dosa. Dalam Kisah Rasul 24:25 dikisahkan Feliks takut mendengarkan khotbah rasul Paulus dalam pengertian dia diperbudak oleh ketakutan menghalanginya percaya kepada Yesus. Tetapi sering juga terjadi ketakutan yang memperbudak ini dimanfaatkan Roh Kudus menyadarkan orang untuk bertobat (Kisah Rasul 16:29).
- Kedua adalah takut yang membebaskan yang bisa juga disebut ketakutan yang kudus. Ketakutan yang membebaskan adalah dampak dari pengenalan orang percaya kepada Allah yang hidup. Orang percaya justru didorong oleh ketakutan yang membebaskan ini untuk semakin menghormati Allah. Ketakutan yang membebaskan adalah pemberian Allah yang memampukan orang takut dalam pengertian mengakui dan menghormati kekuasaan Allah, mentaati perintah-perintah Allah sehingga termotivasi untuk terus menjauhkan diri dari semua bentuk kejahatan (Mazmur 111:10) “Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik. Puji-pujian kepada-Nya tetap selamanya”.
Takut akan Tuhan yang sejati adalah sumber hikmat dan membentuk seseorang untuk berakal budi. Ketakutan yang membebaskan selalu ditandai dengan pertumbuhan iman dan kenyamanan rohani yang sangat mengagumkan. Takut dalam pemahaman hubungan antar manusia adalah merupakan sikap memposisikan diri di bawah otoritas orang lain seperti orangtua dan pemimpin. Hal itu berarti berhubungan dengan rasa hormat terhadap seseorang seperti kepada kepala atau penguasa (1 Petrus 2:18). Rasa hormat dan segan kepada sesama adalah baik tetapi akan jauh lebih baik lagi bila menjadi jalan untuk lebih menghormati hingga menyembah Allah.
Waktu orang Israel memasuki Kanaan, Allah mendahului umat-Nya memberi rasa takut atau kengerian kepada penduduk Kanaan patah semangat sehingga tak mampu menahan serangan orang Israel. Dengan demikian jelas bagi orang percaya bila ada rasa takut arahkan menjadi takut kepada Allah yang berkuasa membunuh tubuh juga jiwa. (MT)
Ketakutan jangan sampai memperbudak, tetapi takut kepada Allah adalah ketakutan yang membebaskan.