Rabu 15 Desember 2021
SIA – SIA – KESIA-SIAAN
Sia-sia : – Kesia-siaan – Hebel – Syaw
Bacaan sabda : Yesaya 57:1-21
Yesaya 57:12-13 “Aku akan menyebutkan kesalehanmu dan segala perbuatanmu, tetapi semuanya itu tidak akan berguna bagimu: apabila engkau berteriak, biarlah berhala-berhalamu melepaskan engkau! Mereka semua akan ditiup angin, akan diterbangkan hembusan nafas. Tetapi orang yang berlindung kepada-Ku akan mewarisi negeri dan akan memiliki gunung-Ku yang kudus”
Kata kesia-siaan sangat banyak ditemukan dalam kitab mazmur, Pengkhotah dan juga dalam kitab nabi-nabi. mazmur menyatakan kesia-siaan belaka segala sesuatu yang dilakukan di luar firman Tuhan. Jadi titik penekanannya adalah tindakan atau perbuatan yang sia-sia. Sedangkan raja Salomo dalam Kitab Amsal menyatakan bahwa kuasa dan kekayaan adalah kesia-siaan belaka bila tanpa penyertaan Allah. Jadi penekanannya adalah pencapaian yang sia-sia. Sedangkan para nabi menjelaskan bahwa segala sesutau dalam kaitannya dengan berhala adalah kesia-siaan. dan tekanannya adalah ibadah yang sia-sia. Jadi sangat jelas bahwa perbuatan, pencapaian, dan ibadah tanpa Tuhan dan di luar standar firman Tuhan adalah kesia-siaan.
Kata sia-sia dan kesia-siaan itu dalam bahasa Ibrani adalah “Hebel” dan “Syaw” yang mempunyai khas dalam artinya kendatipun keduanya diterjemahkan sama yaitu sia-sia dan kesia-siaan. Hebel mempunyai tekanan pada usaha-usaha diluar Tuhan. Sehingga sebesar dan sesering bahkan semaksimal apapun usaha yang dilakukan tetap tak bernilai, tak bermanfaat sehingga dianggap sebagai usaha yang sia-sia.
Raja Salomo menyatakan bahwa segala sesuatu yang kita perjuangkan di bawah matahari adalah sia-sia. Di bahwa matahari adalah istilah yang dipakai raja Salomi untuk menjelaskan di luar Tuhan. Rasul paulus justru mengatakan segala usaha yang dilakukan dalam persekutuan dengan Tuhan tidak sia-sia. Dalam kata Hebel ini juga terkandung arti “tanpa wujud nyata” sehingga tak bernilai sesuatu kegiatan yang hanya kegiatan tanpa ada tujuan yang jelas atau tak ada wujud yang hendak dicapai dapat juga disebut kesia-siaan belaka.
Menyembah berhala adalah merupakan kegiatan agamawi yang sia-sia karena berhala seperti patung yang disembah tak akan pernah mampu mewujudkan harapan para penyembahnya. Dalam kata “syaw” yang juga berarti sia-sia biasanya diartikan kekosongan dan terkadang disamakan dengan dusta. Dusta dalam pemahaman perkataan kosong yang sia-sia. Pemazmur dalam Mazmur 57 menegur penduduk Yehuda yang terlibat kepada penyembahan berhala. Mereka tetap melaksanakan ibadah tetapi alamat ibadah mereka itu bukan lagi kepada Tuhan. Arah penyembahan mereka tak tepat sasaran atau menyimpang sehingga menjadi perbuatan berdosa yang sia-sia. Ibadah kepada berhala menjadikan mereka mempraktekkan persundalan yang dianggap perbuatan bakti dan terlibat tindakahan okultisme. Hanya pertobatan radikallah yang dapat mengembalikan mereka ke dalam hidup yang bermakna. (MT)
Usaha pencapaian dan ibadah diluar Tuhan adalah kesia-siaan.