Jumat 12 November 2021
PUJIAN – BAGI ALLAH
Pujian : – Kebaktian – Hidup baru – Kegirangan
Bacaan sabda: Kisah Rasul 3:1-10
Kisah Para Rasul 2:46-47 “Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan”
Kristen pertama menyatakan rasa sukacita dengan meneruskan kebiasaan umat Yahudi melakukan ritual agama di Bait Allah. Dalam melakukan ritual agama umat Yahudi sudah terbiasa mengumandangkan pujian lewat nyanyian pemujaan kepada Allah. Jadi saat terjadi pertobatan pada hari raya pentakosta orang percaya tetap melakukan ritual agama di bait Allah. Mereka pun mengumandangkan pujian kepada Allah tentu saja secara berbeda. Pujian mereka tidak lagi bersifat ceremonial agamawi tetapi meluap dari hati sebagai ungkapan syukur yang penuh kegembiraan kepada Allah.
Pengalaman hidup baru di dalam Kristus membuat orang percaya mengungkapkan pengalaman spiritual dalam bentuk pujian yang baru. Fakta sejarah perkembangan gereja memberi informasi yang jelas bahwa kegirangan selalu mewarnai kehidupan pengikut Kristus. Kebaktian bukan lagi sekedar ritual agamawi yang diatur, tetapi menjadi luapan syukur yang diungkapkan dan dinyanyikan dengan teratur dan tertib.
Dalam kurun waktu yang cukup lama gereja-gereja kuno menjadikan kitab Mazmur menjadi sumber untuk mengungkapkan pujian kepada Allah. Tetapi seiring dengan terus melajunya waktu sejarah kuno pun sudah cukup produktif menggubah lagu baru untuk digunakan sebagai nyanyian-nyanyian resmi dalam kegiatan kebaktian untuk memuji Tuhan. Dalam mempersembahkan pujian yang sungguh-sungguh selalu membawa umat kepada penyembahan yang menyenangkan hati Allah.
Dalam Kisah Rasul 3 adalah fakta karya Roh Kudus melalui pelayanan para rasul yang menyembuhkan orang lumpuh di gerbang bait Allah dalam nama Tuhan Yesus. Semenjak saat itu pelayanan yang disertai mujizat menjadi ciri pelayanan pemberitaan Injil. Tetapi perlu diingat dan disimpan dalam hati bahwa mujizat terjadi karena iman dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
Petrus membuat pernyataan yang bernilai abadi “Bahwa dia tidak mempunyai emas dan perak untuk diberikan sebagai biaya pengobatan pengemis yang lumpuh itu, namun dapat memberi sesuatu yang jauh lebih berharga dan sesuatu yang lebih berharga itu adalah kuasa dan kasih Kristus. Gereja akhir zaman perlu merenungkan fakta pelayanan Petrus ini. Emas dan perak sebagai lambang kemakmuran tak memadai untuk diandalkan dalam pelayanan, karena hanya nama Yesus lah yang patut dijadikan dasar dan kekuatan dalam perluasan gereja Tuhan.
Tanggapan orang yang disembuhkan dan orang yang menyaksikan kesembuhan tersebut adalah mengagumi dan memuliakan Tuhan Yesus melalui nyanyian pujian yang mengakui kasih dan kuasa Allah dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Bila gereja memberi perak dan emas maka gereja akan dipuji, tetapi bila menawarkan percaya kepada Yesus dan mengalami pertolongan Yesus maka Yesus akan dimuliakan dan dipuji. (MT)
Bukan emas dan perak tetapi dalam nama Yesus. Dan Yesuslah yang harus dimuliakan.