Selasa 09 November 2021
PUISI – NYANYIAN, PUJIAN, DOA
Puisi : – Nyanyian – Tata bahasa – Irama
Bacaan Sabda : Mazmur 137:1-9
Mazmur 137:1-3 “Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion. Pada pohon-pohon gandarusa di tempat itu kita menggantungkan kecapi kita. Sebab di sanalah orang-orang yang menawan kita meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian, dan orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita: “Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion!”
Puisi dalam bentuk nyanyian dan pujian kepada Allah menduduki tempat penting dalam kehidupan orang Yahudi. Puisi yang memakai tata bahasa yang indah banyak yang tak dapat diartikan secara literal karena sering memakai symbol untuk mengungkapkan sesuatu. Kalaupun diungkapkan dalam arti yang sebenarnya biasanya menggunakan tata bahasa yang khusus sehingga tak harus berdasar tata bahasa yang baku untuk memahaminya. Di manapun umat Israel berada kebiasaan berpuisi mengungkapkan isi hati kepada Allah dengan nyanyian, tata bahasa yang khusus, serta irama yang rapi selalu saja dipraktekkan. Kebiasaan baik ini dikenal secara luas oleh bangsa-bangsa lain termasuk bangsa Babel yang menawan umat pilihan Allah itu. Itulah sebabnya orang-orang Babel meminta umat Allah yang terbuang ini menyanyikan pujian bagi Allah.
Ada kemungkinan orang Babel tertarik dengan kebiasaan umat Allah bernyanyi memuji Tuhan, ada juga kemungkinan sekedar mencobai apakah mungkin umat pilihan Allah masih mampu bernyanyi dalam pembuangan, atau mungkin saja menyindir. Tetapi umat terbuang itu menuangkan dalam sebuah Mazmur pujian yang dinyanyikan untuk mengungkapkan kesedihannya tetapi juga mengkritik bangsanya yang terbuang karena dosa nasional atau dosa korporasi yang dilakukan oleh bangsanya sendiri. Tetapi secara tegas pula dia mengungkapkan isi hatinya bahwa Allah pasti menghukum Babel oleh kejahatan yang mereka lakukan. Salah satu kejahatan tak manusiawi yang dilakukan orang Babel kepada bangsa Yehuda adalah membenturkan anak bayi ke bukit batu hingga mati tak berbentuk. Seorang pemazmur Yahudi menggubah pujian yang puitis tentu dengan kemarahan namun tetap menjaga hati agar dapat berdoa mengungkapkan imannya kepada Allah. Dalam doa yang puitis yang dinyanyikan pemazmur mengungkapkan bahwa ada saatnya orang Babel yang sangat kejam itu akan menerima balasan yang menimpa dirinya. Sangat berasalan karena sesungguhnya dalam peperangan anak-anak termasuk adalah orang yang tidak tahu apa-apa sehingga seharusnya dilindungi. Pemazmur sudah memahami bahwa mengasihi musuh adalah bagian dari firman Allah yang menganjurkan agar umat beriman harus selalu siap mengampuni. Walaupun harus mengampuni dan mendoakan musuh tetap yakin bahwa pada saatnya kejahatan akan tetap berakibat buruk kepada pelakunya.
Dalam puisi yang tertata memakai bahasa yang indah dinyanyikan dengan irama yang teratur pemazmur memanjatkan doa pembalasan ilahi kepada pelaku kejahatan. Tuhan tetaplah tidak mengingini kematian orang yang jahat, sebab yang sangat dirindukan Tuhan adalah pertobatannya. Tetapi kejahatan akan selalu mendapat balasan yang merupakan akibat dari kejahatan itu sendiri. (MT)
Puisi yang indah hendaklah selalu mengalir dari hati umat Tuhan untuk memuji Tuhan.