Kamis 19 Agustus 2021
MATI – KEFANAAN
Mati : – Kematian – Kefanaan – Alami
Bacaan sabda : Mazmur 90:1-17
Mazmur 90:9-10 “Sungguh, segala hari kami berlalu karena gemas-Mu, kami menghabiskan tahun-tahun kami seperti keluh. Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap”
Kematian adalah hal yang paling lumrah bagi semua ciptaan Allah. Pertanyaan timbul “Apakah manusia mati kalau tidak jatuh dalam dosa?” Ada yang menjawab bahwa manusia tetap mati sekiranya manusia tidak jatuh dalam dosa. Mereka mempunyai alasan untuk jawaban mereka. Kematian jasmani adalah hal yang wajar terjadi kepada manusia. Salah satu hukuman yang langsung diberikan Allah kepada Adam ada dalam Kejadian 3:19 “Dengan berpeluh engkau akan mencari makanan sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu”. Padahal sebelumnya sudah diperingatkan bahwa pada hari Adam melanggar perintah Allah dia akan mati.
Dalam hal ini ada perbedaan antara mati dengan kembali menjadi debu. Mati rupanya adalah keterpisahan atau rusaknya hubungan manusia dengan Allah. sedangkan kembali menjadi debu adalah proses alami berupa kematian manusia kembali kepada asalnya yaitu debu kembali menjadi debu sedangkan nafas (roh dan jiwa) kembali juga kepada Allah. Jadi kematian menjadi keterpisahan tubuh dari nafas (jiwa dan roh) setelah mengalami proses alami. Jadi ada kemungkinannya walaupun manusia tidak jatuh dalam dosa tetap juga mengalami kematian jasmani. Kemudian untuk bertahan hidup Allah menyediakan makanan bagi manusia di taman Eden, berarti manusia itu bersifat alami dalam arti ada batas-batas alami juga, makanan sudah disediakan Allah untuk manusia sebelum manusia jatuh dalam dosa dan diberi potensi untuk berkembang biak seperti ciptaan Allah yang lain. Tetapi tentu sifatnya hanya pendapat, kepastiannya ya Allah saja yang tahu.
Pemazmur justru menjadikan kematian itu menjadi alasan untuk bijak menjalani kehidupan yang hanya sementara ini. Pemazmur bukan memohon agar hidup diperpanjang agar kematian semakin jauh ke depan, justru kematian itu menyadarkan bahwa segala sesuatu yang di dunia ini pada saatnya harus ditinggalkan karena tidak ada yang abadi. Hidup yang sementara ini haruslah dihadapi. Hidup yang sementara ini haruslah diisi dengan hal-hal yang berhubungan dengan keabadian. Hal itu berarti bahwa hidup yang singkat ini adalah merupakan persiapan diri untuk memasuki keabadian bersama dengan Tuhan Yesus. Putuskan hidup untuk terus mengabdi kepada Allah dan membangun hubungan dengan-Nya. (MT)
Bijak mengisi waktu, karena tidak ada yang abadi, tak ada milik abadi dan sahabat abadi.