Minggu 08 Agustus 2021
MALU – TELANJANG
Malu : – Telanjang – Bersembunyi – Rasa bersalah
Bacaan Sabda : Kejadian 3:8-24
Kejadian 3:9-10 “Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: “Di manakah engkau?” Ia menjawab: “Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.”
Ketika Adam dan Hawa belum jatuh dalam dosa ketelanjangan bagi mereka bukanlah hal yang salah. Mungkin saja bagi Adam ketelanjangan Hawa adalah kecantikan sejati yang tak menimbulkan keinginan dan pikiran yang kotor justru yang timbul adalah kekaguman atas karya seni Allah yang sangat indah. Dan sangat mungkin bagi Hawa ketelanjangan Adam bukanlah hal yang menakutkan dan mengganggu melainkan pemandangan yang mengagumkan atas kekuatan yang pantas dijadikan tempat untuk merasa tentram dalam pelukannya tanpa perasaan yang liar melainkan nyaman. Tetapi dosa telah merusak semuanya. Dosa menjadikan ketelanjangan menjadi hal yang buruk dan menjadi hal yang memalukan. Dosa membuat ketelanjangan menjadi hal yang bernilai bejad dan tak pantas karena manusia dalam dosa mengakibatkan ketelanjangan membawa kejahatan-kejahatan yang mengancam moral di dunia.
Sejak saat itu manusia mempunyai kesadaran untuk menutupi ketelanjangannya dengan daun-daun supaya lebih rapi dan lebih sopan Allah menggantinya dengan kulit binatang. Rasa bersalah dan rasa malu telah membuat Adam dan Hawa bersembunyi dari hadirat Allah. Tentu saja boleh menafsirkan pakaian yang dibuat Adam dan Hawa sebagai sikap kebenaram atau menutupi dosa dengan usaha sendiri yang tak berkenan kepada Allah sehingga Allah menggantikannya dengan kebenaran Allah melalui adanya penumpahan darah seekor binatang. Tetapi pada prinsipnya pakaian yang dibuat Adam dan diberikan Allah adalah bertujuan menutupi rasa malu dengan mengenakan pakaian. Pakaian buatan Allah atau yang diberikan Allah adalah pakaian yang lebih sopan dan tertutup dan lebih bertahan lama. Malu adalah sikap suasana hati yang merasa cemar karena dosa dan karena penyimpangan dari tata kehidupan yang baik dan benar. Boleh juga disebut suasana hati dan perasaan tertuduh karena berbuat kesalahan. Itulah yang dirasakan oleh Adam dan Hawa yang mengetahui ketelanjangan mereka setelah jatuh dalam dosa. Bersama dengan rasa malu ada juga rasa tertolak oleh Allah. Biasanya malu disandingkan dengan keadaan terhina dan aib. Adam dan Hawa berusaha melepaskan diri dari perasaan malu dengan cara mereka tetapi Allah sendirilah yang dapat melakukan dengan cara yang benar dan tepat menutupi rasa malu yang mereka rasakan akibat ketelanjangan mereka.
Nabi Yeremia memberi penjelasan bahwa tidak tahu malu walaupun sudah berbuat kesalahan adalah nilai yang buruk justru merasa malu karena melakukan kesalahan dengan melakukan pelanggaran moral yang baik adalah nilai yang baik (Yeremia 6:15). Betul juga membangun budaya malu adalah hal yang baik dalam pengertian malu melakukan hal-hal yang buruk. Nabi yang menyatakan bahwa ada saatnya umat Tuhan akan dituntun Tuhan pada situasi hidup dalam kerajaan Allah di mana umat- Nya tidak akan malu lagi untuk selama-lamanya (Yoel 2:26). (MT)
Kalalu pun saudara malu, malulah berbuat jahat agar nanti kelak tidak malu dihadapan Allah.