Kamis 29 April 2021
GARAM – JANJI SETIA
Garam : – Berharga – Perjanjian Garam – Janji setia
Bacaan sabda : Bilangan 18:19-24
2 Tawarikh 13:5 “Tidakkah kamu tahu, bahwa TUHAN Allah Israel telah memberikan kuasa kerajaan atas Israel kepada Daud dan anak-anaknya untuk selama-lamanya dengan suatu perjanjian garam?”
Sejak zaman purba garam sudah dikenal manusia. Untuk memperoleh garam tidak membutuhkan teknologi. Itulah sebabnya orang purba pun sudah mampu menambang garam dari air laut dengan cara tradisional yang sangat mudah. Garam kelihatannya adalah barang murah tetapi jelas bukanlah barang murahan. Garam itu sangat berharga karena dibutuhkan manusia dan sangat berguna, sudah sejak zaman purba garam dijadikan bumbu makanan dan juga sebagai bahan pengawet. Tetapi perlu juga dipahami garam berfungsi dengan penggunaan yang tepat. Dalam kasus-kasus tertentu garam dapat jadikan tanah tandus tetapi faktanya dapat juga digunakan untuk menyuburkan tanah. Jadi berfungsi atau tidaknya garam sangat berhubungan dengan penggunaannya yang tepat. Untuk bumbu tidak dibutuhkan banyak garam tetapi untuk bahan pengawet justru dibutuhkan banyak. Demikian halnya untuk kesehatan. Tubuh membutuhkan garam dengan ukuran yang tepat. Tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih. Kurang bisa mengakibatkan gangguan kesehatan lebih juga bisa mengakibatkan munculnya penyakit berbahaya. Garam adalah sesuatu yang berharga dan penting dengan catatan haruslah dengan penggunaan yang benar dan tepat sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Betul juga kata-kata orang bergurau “Jadilah garam dunia tetapi jangan terlalu asin dan jadilah terang dunia tetapi jangan menyilaukan”. Berdasarkan fungsi garam ini maka dalam hukum taurat ada juga istilah “Perjanjian garam”. Perjanjian garam ini dihubungkan dengan peraturan yang berlaku bagi suku Lewi yang diperuntukkan menjadi pelayan di rumah-rumah ibadah seperti Bait Allah dan pelaksana ritual ibadah seperti bait Allah dan pelaksana ritual keagamaan. Mereka tak memperoleh warisan tanah. Dan penetapan Allah ini dibuat dengan “Perjanjian garam”. Hal yang sama berlaku buat raja Yehuda yang ditetapkan Allah dari dinasti raja Daud. Bukan hanya raja Yehuda sebagai raja yang dikekalkan mengacu kepada kedatangan Yesus adalah lahir dari keturunan Daud. Hal ini pun dibuat dalam “Perjanjian garam”.
Semakin jelas konsep yang terdapat dalam arti kata garam. Mungkin fungsi mengawetkan dihubungkan dengan arti membuat sesuatu berfungsi tahan lama. Jadi bila Allah membuat “Perjanjian garam” terhadap suku Lewi dan dinasti raja Daud adalah merupakan bukti kesetiaan Allah terhadap janji-Nya. Jadi ketika Tuhan Yesus menyatakan orang percaya atau pengikut-Nya “Garam dunia”, ada pesan setia di dalamnya. Semua pengikut Yesus dinyatakan adalah pengikut yang setia. Garam akan tetap garam selama dia asin dan tak pantas lagi disebut garam kalau dia sudah tawar. Pengikut Kristus sejati pasti setia dan bila sudah tak setia ya sudah dia sudah menjadi pengikut… (MT)
Garam dunia mengarahkan pengikut Kristus untuk tetap setia.