Kamis 15 April 2021
MAHKOTA DURI
Duri : – Mahkota duri – Penghinaan – Kemuliaan
Bacaan sabda : Matius 27:27-31 ; Yohanes 19:1-7
Matius 27:29 “Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: “Salam, hai raja orang Yahudi!”
Duri biasanya diartikan sebagai hal-hal yang buruk. Hukuman pertama atas dosa Adam adalah harus bekerja keras untuk cari nafkah dalam arti susah payah karena bumi menjadi tempat yang keras dan sulit baginya. Taman Eden yang ditumbuhi buah-buahan berubah menjadi bumi yang ditumbuhi semak berduri. Dia harus membabat semak berduri kemudian menanam tumbuhan yang dibutuhkan untuk dikonsumsi melanjutkan hidunya. Kemudian dalam perumpamaan tentang penabur, benih yang jatuh di semak duri, tumbuh lalu terhimpit dan mati.
Jadi sangat jelas bahwa tujuan para serdadu yang mengenakan mahkota duri ke kepala Yesus adalah suatu bentuk penghinaan sekaligus bentuk penyiksaan. Sungguh bentuk yang sangat merendahkan seorang raja. Para serdadu mengenakan kain ungu dan memaksa Yesus memegang buluh pengganti tongkat kerajaan di tangan kanan-Nya mengangkat, menghormati Yesus sebagai raja adalah bentuk penghinaan yang maksimal. Para serdadu menampar dan memperlakukan Yesus secara sembarangan membuat duri itu semakin dalam menghujam kepala-Nya. Suatu bentuk penghinaan dan penyiksaan secara bersama. Menjadikan duri jadi mahkota hanya sekali untuk selama-lamanya, karena duri memang bukanlah bahan yang tepat untuk sebuah mahkota. Semua tindakan penghinaan itu sama sekali tak direspon oleh Yesus. Dia terima semua derita itu sebagai sikap menanggung derita orang berdosa.
Allah memahkotai manusia dengan kemuliaan dan hormat (Mazmur 8). Tetapi manusia ciptaan-Nya itu memahkotai-Nya dengan kehinaan serendah-rendahnya. Tetapi seorang murid Yesus bernama Yohanes melihat semua peristiwa itu dengan sangat detail. Yohanes fokus kepada sikap Yesus menghadapi hinaan itu. Sangat jelas terlihat rasa sakit di wajah Yesus, tetapi kasih-Nya kepada orang berdosa membuat Dia siap menanggung derita yangseharusnya diderita oleh orang-orang berdosa. Tetapi bagi pengikut Kristus, semua penderitaan-Nya adalah merupakan perjalanan hidup Raja Damai. Mulai dari kelahiran-Nya di kandang domba Betlehem hingga menuju kayu salib Golgota adalah merupakan perjalanan seorang raja. Bukan raja dunia melainkan Raja Damai. Justru perjalanan Yesus itu semakin membuktikan bahwa Dia adalah Raja Damai yang datang untuk membawa damai abadi kepada semua orang yang percaya kepada-Nya. Dan saatnya nanti pada saat Dia datang untuk kedua kali Dia tidak lagi raja bermahkota duri melainkan Raja Damai yang bermahkota kemuliaan. (MT)
Semua penghinaan diresponinya dengan diam sebagai pembuktian bahwa Dia adalah Raja Damai.