Selasa 06 April 2021
DOMBA – BINATANG PRODUKTIF
Domba : – Binatang Jinak – Binatang produktif – Binatang penurut
Bacaan Sabda : Yesaya 53:1-12
Yesaya 53:7 “Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.”
Domba sering digunakan dalam Alkitab, dalam arti sebenarnya dan dalam arti kiasan. Dalam arti sebenarnya domba adalah binatang peliharaan yang lemah sehingga membutuhkan lindungan dan tuntunan seorang gembala. Sebagai binatang peliharaan domba termasuk binatang jinak yang sangat produktif. Bukan hanya daging dan susunya tetapi bulunya juga sangat mahal dan dibutuhkan oleh manusia. Domba sebagai binatang peliharaan yang jinak dan bersih sudah dikenal sejak zaman purba.
Dalam sistem keagamaan umat Israel domba adalah salah satu binatang untuk korban persembahan. Domba yang dagingnya termasuk makanan istimewa dan bulunya sebagai bahan pakaian yang mahal bila dimiliki dengan jumlah yang banyak biasanya adalah tanda yang pasti bahwa seseorang itu makmur. Dalam pengertian sebenarnya domba adalah binatang ternak yang penting dan dekat dengan kehidupan manusia. Domba yang terkesan sebagai binatang ternak yang dungu, sangat menguntungkan manusia. Walaupun memeliharanya agak merepotkan dan melelahkan tetapi keuntungan yang diperoleh manusia jauh lebih besar dan sangat penting. Sangat masuk akal kalau domba dijadikan sebagai arti kiasan dalam hal-hal yang baik. Manusia sebagai umat Allah sering digambarkan sebagai domba gembalaan Allah (Mazmur 100:3).
Raja Daud saat mengakui Allah sebagai gembalanya dia menempatkan dan mengkiaskan diri sebagai domba yang dituntun gembala ke rumput hijau dan air yang tenang (Mazmur 23). Dalam menggambarkan kondisi pengikut Kristus di dunia ini dikiaskan Yesus seperti domba di tengah serigala. Dalam hal ini Yesus memang berjanji akan menyertai tetapi juga berpesan betapa cerdik dan tulusnya orang percaya di tengah dunia ini. Dalam kasus yang lain Yesus telah mengingatkan si penyesat akan datang dan tampil bagaikan serigala berbulu domba. Dalam Yesaya 53 orang beriman digambarkan seperti domba yang tersesat karena mengikuti keinginannya sendiri tanpa mentaati tuntunan gembala. Dalam hal ini sangat jelas bahwa manusia digambarkan sebagai domba tersesat karena tak ada gembala. Manusia bagaikan domba yang membutuhkan gembala. tetapi segera disusul dengan menggambarkan Yesus sebagai anak domba yang dibawa ke pembantaian dan induk domba yang dibawa ke pegguntingan. Dalam hal ini sang Gembala Agung rela menjadi domba yang taat untuk menyelamatkan domba-domba-Nya yang tersesat. (MT)
Orang percaya bila taat Firman, bagaikan domba produktif karena taat pimpinan Gembala.