Minggu 21 Maret 2021
CUKUP – MENCUKUPKAN
Cukup : – Kecukupan – Mencukupkan – Kepuasan
Bacaan Sabda : Filipi 4:10-20
Filipi 4:12 “Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.”
Dalam kata Yunani kecukupan adalah “autarkeia” yang berarti kebebasan dari sikap bersandar baik kepada orang lain maupun kepada kebendaan. Dalam hal ini kecukupan mengandung arti mencukupkan diri dengan apa yang dimiliki karena mampu mengawasi dan mengendalikan keinginannya. Rasul Paulus mengartikannya sebagai keyakinan yang teguh akan pemeliharaan Allah yang pasti mencukupi keperluan yang berdampak pada kemampuan membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Hal ini menghasilkan kepuasan Kristen walaupun tak berarti cepat puas. Kepuasan Kristen adalah tetap bersyukur akan keadaan yang diterima tetapi terus bekerja giat untuk membangun diri dan berkarya. Sedangkan orang yang cepat puas adalah karena sudah merasa cukup tidak berbuat apa-apa lagi. Bekerja bagi orang yang memiliki kepuasan Kristen adalah hakekat hidup agar berguna bagi Tuhan dan sesama. Sedangkan bagi orang yang cepat-cepat merasa puas bekerja hanyalah untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Bila orang Kristen sejati puas diri adalah karena ia telah dipuaskan oleh kasih karunia Allah.
Ada hal penting yang dapat kita pelajari dari Rasul Paulus tentang mempraktekkan kepuasan sejati. Rasul Paulus memotivasi kita agar belajar mencukupkan diri. Bila kita terbiasa mencukupkan diri akan menuntun kepada rahasia kepuasan hati yang sejati. Kita tidak perlu mengada-ada yang tidak ada karena kita terbiasa menerima keadaan apa adanya, hal mana selalu menerima keadaan bahwa Allah pasti mengadakan kebutuhan kita agar kita tetap hidup berkemenangan dalam Kristus. Belajar mencukupkan diri memampukan diri hidup berkemenangan menghadapi keadaan-keadaan yang selalu berubah-ubah. Faktanya rasul Paulus dihadapkan pada kondisi yang selalu berubah. Dia kadang hidup dalam kekurangan tetapi kadang-kadang hidup dalam kelimpahan. Dia mengalami kelaparan tetapi juga kenyang. Dalam semuanya dia tetap puas akan pemeliharaan Allah dengan cara mencukupkan diri. Bahkan ketika dia menderita sakit berkepanjangan dia memohon kesembuhan dari Tuhan Yesus. Tuhan Yesus justru menjawab “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu” (2 Korintus 12:9). Artinya rasul Paulus akan tetap merasa puas akan karunia Kristus dalam keadaan sakit yang melemahkan tubuhnya. Alasannya adalah justru dalam kelemahanlah kuasa Allah nyata sempurna. Tentu sulit bagi Paulus untuk memahaminya. Tetapi kepuasan Kristenlah yang memampukan dia menyimpulkan “Sebab jika aku lemah maka aku kuat”. (MT)
Berkecukupan itu adalah anugerah tetapi mencukupkan diri adalah pergumulan yang indah.