Sabtu 06 Maret 2021
BERANI – KEBERANIAN YANG BESAR
Berani : – Keberanian – Siap bertempur – Dalam tugas moral
Bacaan sabda : Daniel 6:1-29
Daniel 6:11 “Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya.”
Keberanian nyata melalui sikap yang mewujudkan kualitas pikiran dan terungkap secara nyata melalui tanggapan terhadap ancaman. Keberanian adalah syarat mutlak yang dituntut dalam menghadapi pertempuran. Keberanian juga dituntut bagi siapapun yang diberi tugas moral atau memimpin suatu lembaga atau organisasi. Allah memerintahkan Yosua bersikap berani bersamaan dengan perintah memimpin Israel memasuki Kanaan (Yosua 1:9). Pemberani seperti Yosua meyakini penyertaan dan pemeliharaan Allah atas dirinya.
Dalam Kisah Para Rasul, keberanian selalu berhubungan dengan berbicara benar di hadapan umum. Semua rasul betul-betul memberitakan Injil secara terus terang tanpa ada keraguan dan ketakutan. Keberanian adalah hal yang dapat dipelajari dari Daniel. Tidak salah bila ada seorang penggubah lagu rohani sekolah minggu berjudul “Beranilah seperti Daniel”. Daniel seorang dari sepuluh pemuda Yahudi yang diangkat menjadi pegawai istana di Babel, dia betul-betul adalah seorang pemberani, termasuk berani berbicara tentang kebenaran. Dia berani menghadap raja Nebukadnesar untuk menceritakan mimpi dan makna mimpi raja adalah suatu keberanian. Pada saat itu tidak banyak yang berani menghadap raja, apalagi harus berbicara dihadapan raja. Daniel berani setelah berdoa dan mendapat inspirasi dari Tuhan tentang mimpi dan makna mimpi raja nebukadnezar. Jadi berani bukanlah nekat bukan pula coba-coba melainkan suatu keyakinan bahwa diri dan apa yang akan dijelaskan benar adanya. Daniel juga berani menghadapi raja Belsyazar yang dengan pongahnya menajiskan perabotan-perabotan dari bait Allah. Daniel menterjemahkan tulisan sebuah tangan di dinding yang ternyata adalah cara Allah untuk menegur kesombongan raja Belsyazar. Daniel berani mengartikan secara tepat dan benar walaupun kebenaran itu adalah teguran yang menjelaskan kejatuhan raja. Jadi Daniel berani karena benar.
Bagi Daniel memperkatakan kebenaran adalah suatu keharusan walaupun beresiko untuk mencelakakan dirinya. Tetapi dia berani karena yakin atas penyertaan dan pemeliharaan Allah atas dirinya. Keberanianlah yang membuat Daniel menjadi seorang pegawai istana dalam 3 pemerintahan raja di negeri pembuangan. Klimaks karirnya adalah pada pemerintahan raja Darius. Dia menjadi orang kedua dalam kerajaan setelah raja Darius. Hal itu membuat iri pejabat istana lainnya. Mereka pun menjebak raja Darius agar mengeluarkan peraturan yang menguntungkan raja tetapi mencelakakan Daniel. Daniel dengan berani melanggar peraturan raja karena dia lebih takut dan dan hormat kepada Allah. Tetapi hal itu justru mengangkat namanya karena di gua singa pun dia selamat dan tetap berdoa. Keberanian karena benar mampu mengangkat hidup Daniel. (MT)
Keberanian dan kebenaran selalu sejalan. Karena orang benar pasti berani, tetapi orang berani belum tentu benar.