Kamis 31 Desember 2020
BAPA – YANG KEKAL
Bapa : – Kekal – Mahatinggi -Maha kuasa/kasih
Bacaan sabda : Yesaya 9:1-6
Maleakhi 2:10 “Bukankah kita sekalian mempunyai satu bapa? Bukankah satu Allah menciptakan kita? Lalu mengapa kita berkhianat satu sama lain dan dengan demikian menajiskan perjanjian nenek moyang kita?”
Pemahaman akan sebutan Bapa kepada Allah bukan berasal dari ajaran Yesus, walaupun Yesus memberikan konsep bapa yang baru dan lebih mendalam. Pernyataan Kristen bahwa Allah yang sejati adalah Bapa tentu mempunyai pemahaman adanya hubungan yang sangat erat antara Allah dan umat-Nya sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus.
Dalam teologi Kristen sebutan Bapa mengacu kepada oknum pertama Allah Tritunggal tetapi dalam kenyataan sehari-hari umat Kristen tetap saja memanggil Yesus dan Roh Kudus sebagai Bapa. Pemikiran Allah sebagai Bapa sudah ada sejak kisah-kisah dan pernyataan umat kepada Allah dalam Perjanjian Lama. Sebutan Allah sebagai Bapa adalah fakta hubungan kreatif dan hubungan teokratif antara umat dengan Allah. Pemikiran Allah sebagai Bapa adalah pengakuan bahwa Allah pemberi kehidupan kepada umat-Nya. Tetapi Bapa kita adalah Bapa Yang Kekal, Mahatinggi, Mahakuasa dan Mahakasih. Jadi haruslah dibedakan dengan bapa biologis kita yang serba terbatas dalam segala hal.
Maleakhi mengajukan pertanyaan yang sangat indah bukankah kita sekalian mempunyai satu bapa, bukankah satu Allah menciptakan kita? Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang tidak perlu dijawab dengan kata-kata, karena cukup dijawab dengan iman dan kedalaman hubungan kasih kepada Allah. Dalam hubungan Allah sebagai Bapa menjelaskan hubungan yang intim dan lembut kepada Allah. Dalam mengajar murid-murid-Nya Yesus membahas hubungan seorang Bapa dengan anak-anak-Nya yang ditandai dengan kasih dan tanggungjawab seorang bapa kepada anak-anaknya di bumi ini. Kemudian Yesus melanjutkan ke tingkat yang lebih indah dengan berkata “Betapa terlebih lagi Bapa-Mu yang di surga…” Dalam Yesaya 64:8 “Tetapi sekarang ya Tuhan, Engkaulah yang membentuk kami dan kami sekalipun adalah buatan tangan-Mu”. Suatu pengakuan yang pasti karena sebutan Bapa kepada Allah adalah ungkapan hubungan perjanjian Allah dengan umat-Nya. Hubungan ini dapat dijadikan hubungan perseorangan orang percaya dengan Allah yang diyakini dan diterima sebagai bapa-Nya. Tetapi juga hubungan ini adalah hubungan kolektif antara Allah dengan umat-Nya.
Ada hal yang perlu terus dibangun dalam hubungan kolektif ini seperti tertulis dalam Maleakhi 1:6 “Jika Aku ini Bapa, di manakah hormat yang kepada-Ku itu?”. Jadi dengan meyakini dan menyebut Allah itu Bapa, maka membangun sikap hormat kepada-Nya harus terus berlangsung tidak boleh berhenti. (MT)
Allah adalah Bapa kekal yang harus dihormati, tetapi juga yang berkenan diberkati.