Senin 07 Desember 2020
PROKULA – ISTRI PILATUS
Prokula : – Istri Pilatus – Bermimpi – mengingatkan
Bacaan Sabda : Matius 27:11-26
Matius 27:19 “Ketika Pilatus sedang duduk di kursi pengadilan, isterinya mengirim pesan kepadanya: “Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam.”
Prokula adalah istri Pilatus yang mengikuti proses pengadilan Yesus. Prokula mengetahui peran suaminya adalah penentu atau pemberi vonis terakhir kepada Yesus. Prokula sudah sejak awal mengetahui proses pengadilan tersebut. Saat-saat suaminya akan membacakan keputusan, Prokula rupanya mengingat mimpinya yang berhubungan dengan kasus yang sedang ditangani oleh suaminya. Kita tahu bahwa Allah kadang-kadang memberi petunjuk kepada seseorang melalui mimpi. Para psikolog berpendapat mimpi diibaratkan bagaikan katup pengaman bagi tekanan yang sangat berat atas batin seseorang. Jadi Prokula berada dalam tekanan berat semenjak mengetahui suaminya akan mengadili Yesus yang diyakininya sebagai orang benar. Tekanan terjadi karena konflik yang ada dalam dirinya. Tekanan yang sangat berat itulah yang membuat Prokula terbawa pada mimpi buruk.
Prokula mengerti pesan khusus melalui mimpi itu kepadanya, sehingga dia segera memberitahukannya kepada suaminya. Pilatus ternyata tidak menganggap mimpi Prokula istrinya itu hanya sekedar bunga-bunga tidur, tetapi dia percaya kepada pesan penting kepadanya melalui mimpi istrinya. Dia pun tidak segera membuat keputusan. Pilatus adalah seorang politisi kawakan, dan sudah terbiasa menangani kasus-kasus dan sulit dan rumit. Pilatus sudah sangat paham bahwa keinginan pemerintah pusat dalam hal ini kekaisaran Romawi adalah keamanan, ketenangan bukanlah kebenaran. Bagi Pilatus nasehat Prokula istrinya penting dan sangat jelas yaitu harus bertindak benar karena yang sedang ditangani adalah orang benar. Tetapi bagi Pilatus pertimbangan utama adalah keamanan dan ketenangan sesuai kehendak pemerintah pusat. Dia mengesampingkan kebenaran menurut pesan istrinya. Pilatus pun tidak mengambil keputusan sendiri tetapi menyerahkan kepada masyarakat Yahudi sebagai kelompok mayoritas. Pilatus mendiamkan kebenaran demi kedamaian sebagai syarat mutlak untuk mempertahankan kedudukannya. Kemudian dia mencuci tangan sebagai simbol tak mau atau menghindari resiko akibat keputusan salah yang dilakukan kelompok mayoritas kepada Yesus. Sudah pasti sikap Pontius bertentangan dengan keinginan Prokula istrinya.
Sekiranya Pilatus menuruti keinginan Prokula agar memberi vonis yang benar kepada orang benar sudah pasti jalan ceritanya akan berbeda. Yesus pasti akan mati oleh kekejaman orang Yahudi bagaimanapun caranya. Tetapi Pilatus dan Prokula akan tercatat sebagai pembela kebenaran dan tak mustahil mereka akan menjadi pengikut Kristus. (MT)
Kebenaran sering menjadi korban oleh prinsip diam demi damai.