Rabu 11 November 2020
TIMOTIUS – MENJADI PENGIKUT KRISTUS
Timotius : – Ayahnya Yunani – Ibunya Yahudi – Menjadi Pengikut Kristus
Bacaan Sabda : Kisah Rasul 6:1-5
Kisah Rasul 6:1-2 “…Ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari. “Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: “Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan firman Allah….“
Timotius lahir dari perkawinan campuran, ayah Yunani dan ibunya Yahudi. Tentu saja kedua orangtuanya sangat memberi pengaruh kepadanya, khususnya dalam hal pola pikirnya. Tidak ada keterangan waktu tepatnya dia menjadi Kristen, tetapi diperkirakan pada perjalanan penginjilan rasul Paulus pertama di Listra. Timotius menyaksikan penderitaan Paulus pada saat memberitakan Injil. Mungkin hal itu telah menggugah hatinya untuk siap menerima Injil. Pada saat melintasi daerah itu pada perjalanan pekabaran Injil yang kedua Paulus menemukan bahwa ibu Timotius sudah menjadi pengikut Kristus. Tentu hal itu sangat menarik perhatian rasul Paulus. Tidak mudah bagi orang tua Yahudi menerima ajakan anaknya yang masih mudamenerima keyakinan yang baru apalagi hal itu berarti harus meninggalkan iman Yahudinya. Paulus segera melihat potensi yang ada dalam diri anak muda bernama Timotius ini. Itulah alasan kuat bagi Paulus yang belum lama bersama Silas memasukkan Timotius dalam teamnya untuk menggantikan Yohanes Markus yang sudah mendampingi Barnabas dalam perjalanan penginjilannya.
Ada satu hal yang perlu kita soroti dalam sikap awal Paulus kepada Timotius yang sudah menjadi anggota timnya. Dia menyuruh menyunatkan Timotius yang adalah orang Yunani. Padahal kita mengetahui bila rasul Paulus adalah penentang keras legalisme. Lukas sebagai penulis Kisah Para Rasul cukup teliti memasukkan sikap Paulus ini dalam tulisannya. Lukas satu-satunya penulis Injil non Yahudi sangat tertarik atas sikap Paulus, karena dia sendiri tidak diharuskan untuk disunat. Lukas tidak mengkritik Paulus, karena dia melihat tujuan Paulus dengan keputusan menyunatkan Timotius. Alasan kuat rasul Paulus adalah untuk memperkuat nilai pribadi Timotius di hadapan para orang Yahudi. Dalam hal ini pula Paulus menjadikan Timotius menjadi sumber pelajaran yang baik tentang keYahudian. Rasul Paulus ingin menjelaskan bahwa disunat itu bukan masalah boleh atau tidak boleh tetapi adalah perlu atau tidak, berguna atau tidak dan baik atau tidak baik. Timotius disunat bukan untuk kepastian keselamatannya melainkan agar kesaksiannya lebih mudah diterima oleh orang Yahudi. Jadi Timotius bukanlah menegakkan legalisme, karena inti legalisme adalah harus atau paksaan. legalisme haruslah ditolak. Timotius tidak mentaati legalisme, tetapi sedang menerapkan kemerdekaan Kristen, Sebab itu tindakannya adalah sikap yang peka terhadap perasaan orang lain jangan sampai terhalang menerima Injil. (MT)
Sunat bukan masalah boleh atau tidak boleh tetapi adalah perlu atau tidak perlu, berguna atau tidak berguna.