Minggu 01 November 2020
APOLOS – CINTA FIRMAN
Apolos : – Seorang cerdas – Fasih bicara – Cinta Firman
Bacaan Sabda : Kisah Rasul 18:24-28
1 Korintus 3:4, 6 “Karena jika yang seorang berkata: “Aku dari golongan Paulus,” dan yang lain berkata: “Aku dari golongan Apolos,” bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani? “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan.”
Kita cukup tahu bahwa rasul Paulus adalah seorang cerdas dan teolog berkelas dalam gemblengan guru besar teologi Gamaliel. Walaupun pada batas tertentu rasul Paulus boleh dibilang adalah seorang teolog sistematika. Hal itu dapat terlihat melalui surat-suratnya kepada jemaat-jemaat, baik surat yang bersifat penggembalaan maupun yang bersifat apologetika untuk melawan para pengajar sesat. Sedangkan Apolos yang nama dan kisahnya tidak terlalu banyak tetapi cukup akurat menjelaskan bahwa dia adalah orang cerdas yang boleh juga disebut teolog yang mendalami teologi biblika. Jadi kerjasama antara rasul Paulus dan Apolos menjadi sangat padu karena saling melengkapi. Apolos mempunyai kelebihan dari rasul Paulus khususnya dalam kefasihan berbicara. Sama seperti rasul Paulus, Apolos mempunyai pengetahuan yang cermat mengenai kehidupan Yesus, walaupun mereka berdua bukan saksi mata langsung dan intens seperti 12 murid Yesus. Tetapi karena mereka berdua adalah orang cerdas dan juga mengedepankan tuntunan Roh Kudus mereka pun mendapat masukan dari orang yang tepat. Apolos menggabungkan pemahaman Firman yang mendalam dengan kefasihan berbicara, sehingga pemberitaan Injilnya sangat komunikatif dan mudah diterima publik.
Ketika mereka di Korintus, baik Paulus maupun Apolos menjadi idola penerima Injil, sehingga terjadi penggolongan. Ada orang percaya yang menyatakan diri golongan Apolos dan ada yang menyatakan dari golongan Paulus. Jemaat menyatakan diri sebagai golongan hamba Tuhan yang diidolakan ternyata sudah terjadi dalam gereja Tuhan sejak awal. Hal itu wajar saja, tetapi menjadi tidak wajar bila hamba Tuhan menikmatinya. Rasul Paulus dan Apolos tidak menyetujuinya apalagi menikmatinya. Justru rasul Paulus mengarahkan agar jemaat menjadi Kristen rohani atau Kristen dewasa. Karena bila masih menggolongkan diri menjadi golongan hamba Tuhan idolanya adalah pertanda mereka masih Kristen duniawi atau Kristen yang masih kekanak-kanakan. Jadi Paulus dan Apolos telah memberi sikap yang benar untuk diteladani hamba Tuhan sepanjang zaman. Apolos tidak menyalahgunakan kecerdasannya tetapi membuktikan bahwa dia mengasihi Allah dengan akal budinya.
Ketika banyak orang Korintus mengidolakannya oleh kecerdasan dan kefasihannya berbicara, Apolos mengarahkan agar mereka tetap fokus kepada Tuhan Yesus bukan kepada Apolos. Paulus sangat mengakui Apolos sebagai kerabat kerja yang menyenangkan kerjasama dalam pemberitaan Injil. Sejak zaman Luther atau reformasi gereja Apolos sering diusulkan sebagai penulis Kitab Ibrani tetapi lebih banyak yang menyatakan Paulus. Tidak masalah mereka sangat padu dalam pelayanan. Mungkin saja mereka berdua. (MT)
Berbeda tidak harus bertentangan tetapi bisa padu dalam bekerjasama.