Jumat 30 Oktober 2020
ANANIAS – MENDUSTAI ROH KUDUS
Ananias : – Dari Yerusalem – Berdusta munafik – Mati seketika
Bacaan sabda : Kisah Rasul 5:1-11
Kisah Para Rasul 5:4 “Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah.”
Menjual tanah adalah hal yang dapat dianggap tabu bagi umat Yahudi. Bukan berarti tidak boleh tetapi biasanya dilakukan sebagai solusi terakhir untuk kebutuhan yang sangat mendesak jadi ada unsur keterpaksaan. Tetapi dalam pertumbuhan gereja mula-mula hal menjual tanah untuk membiayai misi para rasul bukanlah keterpaksaan tetapi sikap tulus dan kerinduan yang tulus untuk mempersembahkan milik untuk memberitakan Injil. Tidak ada yang menyuruh apalagi memaksa orang percaya melakukan hal itu. Bisa juga hal itu mereka lakukan untuk menjauhkan hati mereka dari kepemilikan harta yang fana karena sedang fokus kepada harta abadi di surga yang baka. Menjual tanah untuk dipersembahkan dalam membiayai misi para rasul menjadi hal yang umum dilakukan oleh orang percaya.
Di sinilah muncul Ananias dari Yerusalem. Dia sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan juruselamatnya. Dia pun menjual tanahnya, tetapi hanya menyerahkan sebagian, mungkin sebagian kecil hasil penjualannya kepada para rasul. Petrus mengarahkan Ananias agar jujur, karena dia berhak mempersembahkan atau menahan miliknya baik dalam bentuk tanah juga dalam bentuk uang sebagai hasil penjualan tanahnya. Tetapi Ananias tetap mengaku mempersembahkan semuanya, sehingga Petrus menyatakan Ananias mendustai Allah dan mencobai Roh Kudus. Ananias bersepakat dengan istrinya Safira melakukan kesalahan yang sama. Dan suami istri ini mengalami nabi yang sama mati secara tiba-tiba. Kesalahan Ananias bukanlah karena tidak mempersembahkan semua hasil penjualannya, tetapi kesalahan mereka adalah pada kemunafikannya dan ketidakjujurannya. Ananias hanya ingin kelihatan seperti Kristen lainnya dari tampak luar saja, karena dia tidak mau dianggap ketinggalan. Padahal itu tidak perlu. Ketika ditegur Petrus Ananias seharusnya Jujur saja, tetapi dia tetap dengan kemunafikannya.
Tetapi ada satu hal yang penting yang terus berlaku sepanjang sejarah gereja. Peristiwa kematian Ananias dan Safira adalah merupakan peringatan kepada semua orang percaya. Orang percaya harus terus tahu bahwa adalah mustahil mendustai Roh Kudus. Siapapun yang mendustai Roh Kudus adalah sikap penipu dan membunuh hati nurani sendiri. Dengan kasat mata tetap kelihatan hidup dan sehat serta giat melakukan aktivitas setiap hari termasuk aktivitas ibadah dan melayani. Tetapi sesungguhnya telah mengalami kematian rohani karena hidup dalam kegelapan yang pekat dengan hati nurani yang tumpul dan jiwa yang gelisah. (MT)
Mendustai Roh Kudus nyata melalui kemunafikan yang berpotensi membunuh hati nurani.