Senin 19 Oktober 2020
MARIA – MEMPOSISIKAN DIRI
Maria : – Dari Nazaret – Di negeri Kana – Bunda kudus
Bacaan sabda : Yohanes 2:1-11
Yohanes 2:2-4 “Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu. Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: “Mereka kehabisan anggur. Kata Yesus kepadanya: “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.”
Sekali lagi tentang Maria dari Nazaret yang adalah perawan yang dipilih Yesus menjadi ibu yang mengandung dari Roh Kudus kemudian melahirkan Yesus. Tetapi dalam renungan kali ini kita mau mencoba menyoroti Maria yang walaupun ibu tetapi sangat memahami statusnya sebagai perempuan istimewa yang dipakai Allah. Dalam hal ini Maria dari Nazaret sangat mengetahui sikap yang tepat memposisikan diri di hadapan Yesus. Ada keengganan sebagian besar orang Kristen menempatkan atau memposisikan maria dari Nazaret sejajar dengan manusia biasa. Menjadi ibu Yesus juruselamat betul adalah sangat istimewa dan unik, karena satu-satunya dari seluruh umat manusia. Berkat dan status yang diterima Maria betul-betul tiada taranya. Tetapi Maria tetap menerima dirinya sebagai manusia biasa dan manusia berdosa yang membutuhkan Yesus sebagai Tuhan dan juruselamatnya. Bila gereja Tuhan jauh ke generasi berikutnya mengangkat Maria pada status yang tinggi dan terhormat sudah pasti bukanlah suatu hal yang diharapkan Maria.
Pada saat Yesus berusia 12 tahun Maria sudah mulai memposisikan dirinya secara tepat dalam hubungan dengan Yesus saat Yesus mengajar di bait Allah. Maria tidak memarahi Yesus melainkan mengagumi kedigjayaan Yesus berdiskusi mengenai hukum Allah dengan para pemuka agama Yahudi. Kemudian dipertegas lagi pada peristiwa Yesus mengubah air menjadi anggur pada suatu pesta perkawinan di negeri Kana. Walaupun Maria tidak mengikuti Yesus selama pemberitaan Injil, tetapi pada peristiwa di negeri Kana mereka sama-sama diundang ke pesta itu. Yesus menegur Maria pada saat itu dengan mengatakan “Mau apakah engkau kepadaku ibu?”. Maria ternyata tidak menganggap teguran Yesus sebagai sesuatu yang kasar atau tidak sopan dari seorang anak kepada ibunya. Maria justru menyatakan keheranannya menanggapi pernyataan Yesus selanjutnya “Saat-Ku belum tiba”. Maria segera mengakui kedaulatan Yesus. Itulah sebabnya Maria mengarahkan pelayan agar mentaati perintah Yesus kepada mereka. Yesus secara perlahan mengatakan kepada Maria bahwa hubungan mereka yang paling utama adalah hubungan rohani bukan hubungan keluarga. Hubungan Tuhan dengan hamba-Nya, bukan hubungan ibu dengan anaknya. Jadi daripada memposisikan Maria sebagai bunda kudus adalah lebih penting menghargai Maria yang secara tepat memposisikan dirinya di hadapan Yesus. Artinya kita cukup menghargai kerendahan hati Maria. Ketaatan dan penghormatannya kepada Yesus sebagai Tuhan dan juruselamatnya.(MT)
Kita menghormati Maria karena memposisikan diri secara tepat di hadapan Yesus.