Senin 17 Agustus 2020
HAGAI – CINTA RUMAH TUHAN
Hagai : – Nabi Pasca pembuangan – Cinta rumah Tuhan – Memprioritaskan persekutuan
Bacaan sabda : Hagai 1:1-14
Hagai 1:9 “Kamu mengharapkan banyak, tetapi hasilnya sedikit, dan ketika kamu membawanya ke rumah, Aku menghembuskannya. Oleh karena apa? demikianlah firman TUHAN semesta alam. Oleh karena rumah-Ku yang tetap menjadi reruntuhan, sedang kamu masing-masing sibuk dengan urusan rumahnya sendiri.”
Hagai adalah nabi pasca pembuangan yang masih mengingat kemegahan bait Allah yang dibangun raja Salomo. Saat Hagai menulis kitab ini diperkirakan dia sudah berusia lebih dari 70 tahun, jadi sebelum Yehuda terbuang ke Babel mungkin dia masih mengetahui dengan baik kemegahan bait Allah yang berdiri megah di kota indah Yerusalem. Ketika Yehuda kembali dari Babel tentu saja bait Allah yang tinggal hanya puing-puing saja sangat menggalaukan hatinya. Sedangkan penduduk Yehuda yang pulang dari pembuangan sibuk membangun rumah masing-masing. Tentu saja hal itu sangat masuk akal karena biasanya bila mendiami tempat tinggal yang baru tentu yang utama dan pertama dibangun adalah tempat tinggal.
Raja Koresy melengkapi orang Yehuda yang pulang itu dengan modal yang cukup untuk membangun rumah dan juga modal usaha membangun kehidupan baru di Yerusalem. Hagai mengetahui bahwa warga yang pulang dari babel mempunyai sesuatu yang dapat disumbangkan untuk membangun bait Allah, tetapi mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Ketika umat sudah mulai membuka usaha, ternyata gagal dan gagal lagi. Pada saat itulah Allah mengutus Hagai untuk menyampaikan pesan-Nya kepada umat yang pulang dari pembuangan. Hagai mengingatkan umat agar mulai mencintai rumah Tuhan, karena ketiadaan hasrat untuk membangun rumah Tuhanlah yang membuat umat selalu gagal dalam membangun usaha. Karena kesibukan untuk memikirkan kepentingan pribadi masing-masing umat yang pulang dari pembuangan itu mengabaikan pembangunan bait Allah. Hagai pun mengajak umat mulai mengutamakan yang utama dengan mengerahkan tenaga dan perhatian mereka untuk membangun bait Allah. Dengan sungguh-sungguh Hagai mendesak umat agar mendahulukan Allah dan pekerjaan-Nya. Karena bagi Hagai pembangunan kembali bait Allah adalah prioritas utama. Berulangkali dia menandaskan kepada umat dahulukanlah yang seharusnya didahulukan, maka hal-hal yang lain seperti masalah ekonomi akan beres dengan sendirinya. Ini perlu ditandaskan saat umat kehilangan berkatnya karena terfokus mementingkan diri sendiri.
Kita juga dapat kehilangan berkat bila oleh kepentingan diri sendiri kurang memperhatikan kerajaan Allah. Seruan Hagai berhasil menggugah hati pendengar sehingga mulai memprioritaskan pembangunan bait Allah. Prioritas kita tentu adalah membangun persekutuan dengan Tuhan dan sesama saat melakasanakan pembangunan bait Allah itu. Dan di bait Allah itu pulalah kita dapat menikmati indahnya persekutuan dengan Allah dan persekutuan dengan Allah dan persekutuan dengan sesama. (MT)
Dalam menjalani perjalanan hidup tidak boleh lalai untuk mengutamakan yang terutama.