Sabtu 15 Agustus 2020
HABAKUK – TUHAN MERANGKUL
Habakuk : – Tuhan merangkul – Hidup oleh iman – Tetap bersukacita
Bacaan sabda: Habakuk 2:1-4; 3:17-19
Habakuk 2:4 “Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya.”
Habakuk yang hidup sederhana dengan Yeremia bernubuat ke alamat yang berbeda walaupun sama-sama kepada orang Yehuda. Bila nabi Yeremia mengalamatkan nubuatnya kepada raja dan para petinggi Yehuda serta menegur nabi-nabi palsu yang memihak kepada raja, sedangkan Habakuk adalah kepada rakyat yang menderita akibat tekanan berat dari bangsa Babel yang sudah mulai menindas orang Yehuda. Sesuai dengan arti namanya Habakuk “Tuhan merangkul” maka Habakuk pun menyampaikan Firman untuk merangkul rakyat yang menderita. Habakuk yang sedang berdoa di menara pengintaian mendapat Firman yang harus disampaikan kepada umat. Salah satu yang sangat penting adalah “Orang benar itu akan hidup oleh percayanya”. Habakuk langsung menghidupi Firman yang harus disampaikan kepada umat. Setelah Habakuk menghidupinya dia pun menemukan dirinya terbangun dan terbentuk dengan baik.
Dia melihat ada hal yang sangat baik dalam dirinya yang perlu dimiliki rakyat yang menderita dan tertindas. Dia mendapati dirinya semakin tegar dalam menghadapi kesulitan. Habakuk mendapati hatinya tetap tentram dan bersukacita padahal keadaan dan kondisi bangsa, semakin kacau dan semakin gelap. Padahal rakyat di sekitarnya mengeluh, menderita dan putus asa. Itulah sebabnya Habakuk sangat bersemangat meneruskan amanat yang diterimanya dari Allah itu kepada umat.
Allah membandingkan orang benar dengan orang angkuh yang fasik karena hidupnya tidak benar. Bila orang tidak benar itu angkuh dan membusungkan dada sedangkan orang benar hatinya terarah kepada Allah dan hidup bersandar sepenuhnya kepada Allah. Orang benar tetap hidup di dunia dengan segala kesukarannya tetapi dia hidup dengan iman kepada Allah. Hidup dengan kepercayaan yang kokoh kepada Allah karena cara dan moral yang diberikan Allah selalu benar adanya. Habakuk sendiri menyatakan bahwa dia bersukacita mengikut dan melayani Allah bukan karena berkat (Habakuk 3:17-19). Dia tetap bersukacita karena Allah adalah Allah yang merangkul hidupnya. Habakuk bahkan tetap bersukacita walaupun nyatanya dia dan bangsanya ditindas dan dijarah oleh bangsa Babel.
Di kemudian hari rasul Paulus mendapat amanat yang sama. Bahwa kita hidup dan selamat hanya dengan iman dan anugerah Allah. Rasul Paulus menghidupinya sehingga di penjara pun dia tetap bersukacita. Martin Luther pun terlepas dari kekelamanan jiwa setelah dia menerima anugerah oleh karena iman maka dia diselamatkan. Sekarang kitalah yang menerima amanat itu yang harus kita teruskan ke generasi berikutnya. (MT)
Karena Habakuk hidup oleh karena iman dia pun mampu merangkul umat yang menderita.