Kamis 06 Agustus 2020
MISAEL – PARA PEMUDA TERPILIH
Sadrakh – Hananya, Mesakh – Misael, Abednego – Azarya
Bacaan sabda : Daniel 3:1-30
Daniel 3:17-18 “Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja;“tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.”
Tiga orang sahabat Daniel diangkut ke negeri Kasdim pada pembuangan gelombang pertama adalah pemuda cerdas yang terpilih menjadi pegawai istana Nebukadnezar bersama Daniel. Dialah Hananya yang berarti “Tuhan menunjukkan kasih karunia”, diberi nama Babel Sadrakh artinya “hamba Aku”. Misael diberi nama Babel Mesakh artinya “Bayangan pangeran” atau “siapa ini”? Azarya yang berarti “Tuhan menolong”, dengan nama babel Abednego artinya “Hamba nego” yaitu dewa hikmat atau bintang fajar.
Penggantian nama ini bertujuan agar para pemuda ini diharapkan berubah secara total dari orang beriman kepada Allah menjadi penyembah berhala termasuk mendewakan raja Nebukadnezar. Raja Nebukadnezar ternyata menjadi raja yang ingin mengangkat dirinya menjadiTuhan bagi semua penduduk yang berada di bawah kekuasaannya. Dia terobsesi dengan mimpinya tentang patung besar dan segera dia membuat patung besar dengan kepala emas yang melambangkan dirinya. Dia berharap patung itu dapat mempersatukan bangsa-bangsa di bawah agama ciptaannya. Semua penduduk disatukan oleh satu agama penyembah patung buatannya.
Sadrakh menghadapi tantangan besar. Ternyata Sadrakh, Mesakh dan Abednego betul-betul menolak menyembah patung itu walaupun resikonya harus dimasukkan ke dapur api yang dipanaskan tujuh kali lipat dari biasanya. Kisah selanjutnya sungguh mengagumkan. Karena mereka keluar dari dapur api hukum itu tanpa terbakar. Bahkan rambut mereka sebagai organ tubuh termudah dibakar sama sekali tidak terbakar. Mereka keluar dari dapur api tanpa ada bekas bau terbakar dan bau asap. Mereka keluar dari dapur api seutuh sebelum mereka masuk. Mereka tidak membutuhkan stigma atas pengorbanan mereka demi iman kepada Allah. Mereka tidak juga menyimpan bekas-bekas yang terjadi atas penderitaan yang mereka jalani walaupun tidak bersalah.
Ada banyak anak Tuhan yang menjalani penderitaan dalam perjalanan iman selanjutnya bekas-bekasnya terus nyata dan tersimpan. Bau hangus penderitaannya masih jelas tercium. Tidak sedikit juga yang tergoda membukukan bahkan mendokumentasikan pengalaman hidup menderitanya. Baru sedikit saja menghadapi penderitaan sudah berteriak-teriak mengumumkan kemenangannya atas penderitaannya. Dengan sedikit membusungkan dada dia berkata “Dengarlah aku sobat! aku telah menjalani penderitaan sebagai pengikut Kristus”. Sebaiknya orang tidak perlu tahu bahwa kita sudah menderita. Belajarlah dari Sadrakh yang keluar dari dapur api tanpa ada bekas bau asap dan bau hangus. (MT)
Pilihan Tuhan sejati tak membutuhkan stigma atas penderitaannya dalam membela iman.