Minggu 02 Agustus 2020
YEHEZKIEL – BERKABUNG TANPA MERATAP
Yehezkiel : – Berkabung – Bersedih – Tanpa meratap
Bacaan Sabda : Yehezkiel 24:15-27
Yehezkiel 24:15-16 “Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku: Hai anak manusia, lihat, Aku hendak mengambil dari padamu dia yang sangat kaucintai seperti yang kena tulah, tetapi janganlah meratap ataupun menangis dan janganlah mengeluarkan air mata.”
Bila kejadian-kejadian yang menggembirakan dijadikan alat untuk menggaris bawahi atau mempertegas firman-Nya tentu sangat mudah diterima. Tetapi kenyataannya sering terjadi justru Allah menjadikan hal yang memilukan dan hal-hal yang kurang baik untuk mempertegas firman-Nya kepada umat-Nya. Allah mempertegas Firman-Nya melalui kelemahan anak-anak nabi Yesaya. Yesaya harus mengasihi anak-anaknya, seperti nubuatnya tentang Allah berkorban sebagai bukti kasihnya kepada manusia berdosa. Allah mempertegas firman-Nya melalui keluarga Hosea yang berantakan agar anjuran untuk mengampuni seperti Allah mengampuni umat-Nya lebih tepat sasaran.
Allah menggaris bawahi firman-Nya melalui kehidupan pelajangan nabi Yeremia, agar berita penyertaan Allah kepada umat melaluinya lebih mudah diterima. Hal yang sama dipakai Allah melalui nabi Yehezkiel. Yehezkiel harus merelakan kepergian istri yang sangat dicintainya. Dia berkabung, dia bersedih tanpa harus meratap melepaskan kepergian istrinya yang dicintainya. Kepergian istrinya karena tiba-tiba meninggal dipakai Allah untuk mempertegas amanat-Nya kepada bangsa Yehuda yang harus sabar hidup di negeri pembuangan. Allah bukan memakai kesejahteraan atau keberkatan Yehezkiel untuk menjadi tanda melainkan kepiluan dan kesedihannya. Tetapi hal itu bukanlah sebagai pesan bahwa orang percaya haruslah menderita untuk iman dan pemberitaannya. Hanya saja Allah dengan kebijaksanaan dan ke-Mahatahuan-Nya dapat memakai kesedihan untuk memperkuat pemberitaan orang percaya. Sepertinya Allah memakai metode yang salah tetapi nyatanya tidak. Karena metode Allah bukanlah pada cara dan alat pemberitaan. Metode Allah adalah orang percaya dan hamba-Nya itu sendiri, termasuk nabi Yehezkiel.
Saat Yehezkiel tabah dan tak meratap menghadapi kepiluannya di hadapan umat maka beritanya agar umat tetap sabar dan tabah mudah diterima oleh umat yang sedang terbuang. Hamba Tuhan dan semua orang percaya yang bertugas memberitakan pertolongan Tuhan adalah yang harus lebih dulu mengalami pertolongan itu dalam kehidupannya. Jadi konsep berpikir kita sepertinya perlu dicerahkan sudah terlalu lama ada kecenderungan orang percaya menilai hamba Tuhan yang bermasalah pertanda kurang sungguh-sungguh melayani padahal kemungkinan besar dia justru berada pada puncak kesungguhannya. (MT)
Metode Allah tidak selalu melalui cara dan alat, karena metode terbaik Allah adalah hidup nyata dari umat-Nya.