Sabtu 18 July 2020
AYUB – ORANG BAIK YANG MENDERITA
Ayub : – Dalam tekanan – Kehilangan – Kebingungan
Bacaan sabda : Ayub 3:1-26
Ayub 3:11-13 “Mengapa aku tidak mati waktu aku lahir, atau binasa waktu aku keluar dari kandungan? Mengapa pangkuan menerima aku; mengapa ada buah dada, sehingga aku dapat menyusu? Jikalau tidak, aku sekarang berbaring dan tenang; aku tertidur dan mendapat istirahat”
Sekiranya Ayub dari awal mengetahui bahwa dia sedang dicobai iblis atas seizin Allah tentu akan siap dan tenang menghadapinya. Tetapi yang dia tahu adalah tiba-tiba saja seluruh kekayaannya termasuk karyawannya yang banyak hilang sekejap. Belum lagi 10 orang anak kebanggaannya meninggal ditelan bencana alam dan tiba-tiba saja dia diserang kanker kulit stadium akhir. Sangat bisa dimaklumi bila istrinya menyuruh Ayub menyangkal Allah kemudian mati secara ikhlas. Hal itu berarti Ayub kehilangan kasih dan perhatian istrinya. Sekarang yang dimiliki Ayub tinggal nafas sekarat dan iman yang melemah.
Meresponi kenyataan yang datang secara tiba-tiba ini membuat Ayub berada dalam tekanan. Karena tidak siap Ayub menjadi sangat kebingungan. Tiga(3) orang sahabat Ayub sangat bersimpati melihat penderitaan Ayub. Mereka datang mengunjungi Ayub dan rela duduk bersamanya di tanah. Tujuh hari tujuh malam mereka duduk bersama Ayub tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Mereka adalah sahabat yang baik siap menjadi pendengar dan turut merasakan rintihan-rintihan menahan sakit dan keluhan-keluhan mengungkapkan perasaan Ayub. Jadi salah bila ada yang berpendapat bila sahabat-sahabat Ayub itu hanya menambah penderitaan Ayub dengan cara menuduh Ayub menderita karena kesalahan atau dosa kepada Allah. Tentu selama tujuh hari itu mereka membersihkan luka-luka yang menyerang kulit Ayub dan menyuapi Ayub makan. Dalam tujuh hari itu mereka mempelajari keluhan Ayub, barulah mereka meresponi keluhan-keluhan Ayub tersebut. Keluhan Ayub yang mereka responi antara lain adalah saat Ayub dengan terus terang dan jujur mengungkapkan perasaannya kepada Allah. Salah satunya dia menyatakan kalau begini jadinya untuk apa ada dan hidup di dunia ini. Tentu dia menganggap semua karya dan pengabdiannya sia-sia saja. Ayub memang betul-betul mengutuk kelahiran dan keberadaannya tetapi dia tidak pernah mengutuk Allah. Dia mengeluhkan serta menyerukan penderitaan dan keputusasaannya tetapi dia tidak pernah menyalahkan Allah.
Mengungkapkan keraguan dan perasaan kepada Allah secara jujur dalam doa bukanlah hal yang salah. Menghampiri Allah dengan kesedihan dan dukacita serta memohon belas kasihnya dalam doa tentu adalah hal yang baik dan benar. Itulah inti dari ungkapan Ayub mengutuki hari kelahirannya di depan tiga orang sahabatnya dan berbagai keluhan Ayub selama tujuh hari tujuh malam, barulah sahabat-sahabatnya memberi tanggapan. Dalam tanggapan mereka, tentu ada kesalahan dan tergoda untuk menghakimi. Tetapi tujuan mereka adalah mengurangi penderitaan sahabatnya. (MT)
Allah mengijinkan penderitaan orang baik agar dia semakin baik.