Sabtu 11 July 2020
EZRA – PEMIMPIN YANG BAIK
Ezra : – Imam – Ahli Taurat – Pemimpin
Bacaan sabda : Ezra 8:1-36
Ezra 8:22 Karena aku malu meminta tentara dan orang-orang berkuda kepada raja untuk mengawal kami terhadap musuh di jalan; sebab kami telah berkata kepada raja, demikian: “Tangan Allah kami melindungi semua orang yang mencari Dia demi keselamatan mereka, tetapi kuasa murka-Nya menimpa semua orang yang meninggalkan Dia.”
Raja Artahsasta mengijinkan Ezra untuk memimpin rombongan Yehuda kedua kembali dari negeri pembuangan menuju Yerusalem. Ezra adalah seorang imam dan ahli Taurat yang bekerjasama dengan Nehemia untuk menjalankan misi pemulangan ini. Ezra sempat menyatakan kepada Artahsasta kata-kata terima kasih atas izin dan pengutusan yang dilengkapi dengan surat jalan. Dengan yakin Ezra menyatakan bahwa Allah akan menyertai dan melindungi umat-Nya dalam perjalanan hingga tiba di tujuan. Ternyata setelah mempelajari jalan pulang ke Yerusalem sungguh sangat berbahaya dan rasa takut di hati Ezra pun timbul seketika. Tetapi dia malu meminta bantuan berupa tentara dan orang-orang berkuda kepada raja Artahsasta.
Pernyataan iman yang sempat diungkapkan kepada raja haruslah dipertanggungjawabkan. Ezra sebagai seorang yang setia di negeri pembuangan sudah tentu sering mengalami penyertaan Tuhan dalam perjalanan hidupnya. Tetapi sekarang dia sadar bahwa dia tidak sendiri. Dia harus memimpin rombongan yang belum tentu percaya kepada Tuhan atau paling tidak imannya sudah sangat melemah. Walaupun demikian Ezra tetap pada pendiriannya untuk pulang bersama rombongan ke Yerusalem tanpa pengawalan para tentara Persia. Ezra memutuskan untuk berdoa dan berpuasa “Jadi berpuasalah kami dan memohonkan hal itu kepada Allah dan Allah mengabulkan permohonan kami” (Ezra 8:23). Ezra mengajak semua rombongan merendahkan hati memohon perlindungan Allah. Allah menjawab doa mereka. Dalam perjalanan yang penuh bahaya itu mereka aman hingga tiba di Yerusalem. Justru semakin yakin dan menularkan keyakinannya kepada umat bahwa pernyataan Allah atas umat-Nya berlaku untuk selama-lamanya.
Setelah pembangunan bait Allah terlaksana, Ezra mendapat berbagai temuan berupa perbuatan-perbuatan umat yang menyimpang dari firman Allah. Perkawinan campuran dengan orang Kanaan bertentangan dengan perintah Tuhan ternyata dilakukan umat tanpa rasa bersalah. Dalam Ezra 9:6, Esra berdoa tetapi ada kalimat “Ya Allah aku malu dan mendapat cela, sehingga tidak berani menengadahkan mukaku kepadamu…” Untuk kali ini Ezra malu atas dosa-dosa umat. Sangat beralasan bila Ezra malu, malu yang benar, malu bila umat terus-menerus melukai hati Tuhan. Rasa malu yang dimiliki Ezra menunjukkan kesetiaannya. Dia tidak mau meninggalkan Tuhan pada masa sukar, tak mau pula melukai hati Tuhan pada masa tenang. (MT)
Pemimpin yang baik mengetahui secara tepat bersikap pada masa sukar dan masa tenang serta menerapkannya.