Selasa 30 Juni 2020
HIZKIA – KESEMPATAN KEDUA
Hizkia : – Sakit dan kematian – Tambah usia – Kesombongan
Bacaan Sabda : Yesaya 38:1-22
Yesaya 38:3 “Ia berkata: “Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mata-Mu.” Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat.
Saya tidak merasa aneh lagi bila para hamba Tuhan besar mempunyai sifat negatif pada puncak keberhasilannya. Sifat negatif yang muncul bisa berupa:
- memaksakan ajaran yang bersumber dari pengalaman pribadinya.
- Ada juga yang pamer keberhasilan secara berlebihan
- dan lebih celakanya lagi menjadikan keberhasilannya sebagai bukti bahwa dia hidup dalam kebenaran.
- Ada lagi yang secara serampangan menafsirkan ayat firman Tuhan dan menutlakkan hasil pemikiran dan perkembangannya sebagai kebenaran absolut.
- Ada juga yang seenaknya menghakimi hamba Tuhan lain
- dan ada pula yang memamerkan kekayaannya secara terbuka dan berlebihan.
Saya tak merasa aneh setelah mempelajari raja-raja Israel. Raja-raja Israel mulai dari raja Daud hingga raja-raja Yehuda yang dinyatakan hidup benar pada awalnya, tetapi keberhasilan membuat mereka gegabah dan sombong. Salah satunya adalah raja Hizkia. Raja Yehuda yang hidup benar seperti leluhurnya raja Daud. Tetapi pada puncak kejayaannya dia sakit.
Dalam 2 Tawarikh 32:25 menjelaskan bahwa Hizkia menjadi angkuh mengakibatkan dia dan Yehuda ditimpa murka. Nabi Yesaya bernubuat tentang penyakitnya yang akan membawa kematian. Padahal masih banyak cita-cita raja Hizkia yang besar-besar untuk memajukan Yehuda sebagai umat pilihan Allah. Sakit yang menimpa Hizkia ini adalah wujud murka Allah atas keangkuhannya. Tetapi setelah Hizkia mohon ampun dan berdoa, Allah memberikan kesempatan lagi kepada Hizkia hidup lima belas tahun lagi. Allah selalu melihat sikap umat-Nya dalam meresponi murka-Nya. Dan Allah berdaulat mengubah rencana-Nya sesuai tanggapan kita kepada firman-Nya. Apabila umat Allah terhukum oleh dosanya sendiri, Allah peduli dengan keadaan umat-Nya yang mau bertobat dan memperbaiki hidupnya. Hizkia sempat terhukum oleh keangkuhannya, tetapi saat dia memohon belas kasihan Allah, Allah membatalkan keputusan-Nya dan memberi kesempatan lagi kepada Hizkia untuk memperbaiki diri dan berkarya lagi untuk-Nya.
Doa yang sungguh-sungguh perlu harus terpelihara karena doa dapat mengubah keadaan semakin baik adalah keyakinan Alkitabiah. Hizkia hidup benar seperti nenek moyangnya Daud dapat juga diartikan bahwa Hizkia bukanlah manusia yang sempurna. Mereka bisa jatuh dalam dosa tetapi mereka sama-sama tidak mau hidup dalam dosa. (MT)
Allah selalu memberi kesempatan kedua bagi hamba-Nya yang mau bertobat dari kesalahannya.