Jumat 19 Juni 2020
YEHU – KEJAHATAN POLITIS
Yehu : – Raja Israel – Membunuh keluarga Ahab – Giat akan hal negatif
Bacaan sabda : 2 Raj. 10:1-35
2 Raja-raja 10:16-17 “Berkatalah Yehu: “Marilah bersama-sama aku, supaya engkau melihat bagaimana giatku untuk TUHAN.” Demikianlah Yehu membawa dia dalam keretanya. “Setelah Yehu sampai di Samaria, maka ia membunuh semua orang yang masih tinggal dari keluarga Ahab di Samaria; ia memunahkannya, sesuai dengan firman yang diucapkan TUHAN…”
Yehu adalah raja Israel Utara yang diurapi nabi Elisa. Setelah Yehu membunuh Yoram raja Israel anak Ahab, Yehu pun melanjutkan perang saraf dengan Israel. Ketika perang saraf dilancarkan ternyata Israel tunduk kepada Yehu. Semua pembesar Israel menjadi tunduk kepada Yehu. Yehu pun menjadi raja Israel. Untuk mengamankan kedudukannya Yehu memunahkan keturunan Ahab. Ahab mempunyai tujuh puluh orang anak laki-laki. Sungguh suatu tindakan yang kejam.
Sudah sejak dulu perebutan kekuasaan selalu memakan korban. Tetapi untuk mempertahankan kekuasaan korban lebih banyak lagi. Kalau tujuan seorang pemimpin adalah kekuasaan jangan heran bila dia melakukan apa saja tanpa mempertimbangkan benar atau salah, baik atau keliru. Itulah sebabnya Yesus mengajarkan bahwa memimpin bukanlah menguasai tetapi melayani. Pemimpin bukanlah penguasa tetapi pelayan. Tujuan Yesus adalah agar alasan dasar dalam memimpin adalah melayani bukan menguasai.
Yehu adalah penguasa. Sebagai pemimpin yang menguasai dia sangat dinamis dan kuat, dan ada juga rencana Tuhan yang dapat dibantu dengan kerajinannya yang menyala-nyala. Tetapi segi buruknya adalah kerajinannya menyala-nyala untuk hal-hal yang negatif. Seperti memberantas, merusak dan memunahkan. Dan itulah yang dilakukan Yehu, sesuai dengan hukuman Tuhan atas keluarga Ahab. Dengan tangan-Nya yang kuat dia tanpa rasa perikemanusiaan menghukum Ahab, Izebel dan seluruh keluarganya. Hal itu sesuai dengan hukuman yang telah diucapkan nabi Elisa untuk Ahab karena berbagai kejahatan yang dilakukannya. Dalam hal ini Yehu menjadi alat di tangan Tuhan, tetapi semuanya adalah untuk hal-hal yang negatif. Ketika datang perintah agar dia mentaati Allah serta mematuhi kehendak Allah tenaga dan kerajinannya menjadi hilang begitu saja. Bila Yehu harus berlaku dan hidup setia kepada Allah, tenaganya tiba-tiba kendor, lemah dan hilang sama sekali. Kehidupan iman yang sejati kepada Allah sebaiknya terarah kepada hal-hal yang positif, walaupun nyatanya tidak selalu tampil benar. Mungkin saja kehihatan salah tetapi bila positif selalu ada kesempatan untuk memperbaiki. Yehu bersemangat untuk hal yang negatif, akibatnya hingga mati tidak ada perbaikan. (MT)
Kejahatan politis selalu saja terjadi untuk mempertahankan kekuasaan.