Sabtu 13 Juni 2020
AHAZIA -MATI KARENA KETAKUTAN
Ahazia : – Anak Ahab – Raja Israel – Takut mati
Bacaan sabda : 2 Raja-raja 1:1-18
2 Raja-raja 1:16 “Berkatalah Elia kepada raja: “Beginilah firman TUHAN: Oleh karena engkau telah mengirim utusan-utusan untuk meminta petunjuk kepada Baal-Zebub, allah di Ekron, seolah-olah tidak ada Allah di Israel untuk ditanyakan firman-Nya, maka sebab itu engkau tidak akan bangun lagi dari tempat tidur, di mana engkau berbaring, sebab engkau pasti akan mati.”
Kerajaan Israel sangat berbeda dengan kerajaan Yehuda. Itulah sebabnya hal-hal yang sangat buruk tak henti-hentinya menimpa Israel. Yehuda pun tidak luput dari berbagai kesulitan, tetapi Yehuda selalu menang menghadapi kemelut karena memohon pertolongan Allah. Seperti Yosafat yang terancam oleh kekuatan Amon dan Moab, langsung memohon pertolongan Tuhan. Berbeda dengan Ahazia raja Israel yang harus menghadapi pemberontakan orang Moab. Sebenarnya bila Israel melawan sangat mungkin menang karena kekuatan dan jumlah rakyat sangat seimbang. Ahazia yang hidup tanpa Tuhan justru sudah kalah sebelum perang. Dia jatuh dan sakit. Dia mengutus utusan ke Baalzebub hanya untuk menanyakan apakah dia sembuh dari penyakit yang dia derita.
Tetapi di tengah jalan utusan Ahazia justru bertemu dengan nabi Elia. Elia menyalahkan Ahazia karena seharusnya dia tidak perlu tanya berhala tetapi ada kesempatan meminta kesembuhan kepada Tuhan. Ahazia bukannya melembutkan hatinya tetapi justru mengeraskan hati. Ahazia menyuruh seorang perwira bersama lima puluh anak buahnya untuk menangkap nabi Elia. Dua kali Ahazia mengutus dengan jumlah yang sama dan harus menanggung resiko terbakar api Tuhan. Ahazia bukannya merendahkan hati tetapi semakin mengeraskan hati dengan mengutus rombongan yang ke-tiga. Rupanya perwira yang diutus memimpin rombongan ketiga cukup bijaksana dan menyapa nabi dengan sikap hormat dan mohon belas kasihan. Kali ini Elia bersama rombongan ke-tiga pergi menghadap Ahazia memberi jawaban sesuai permintaan raja. Penyakit itu ternyata membawa raja Ahazia kepada kematian. Raja Ahazia bukan mati karena pertempuran tetapi mati karena ketakutan. Kekerasan hatinya pun mengorbankan dua orang perwiranya bersama seratus orang prajuritnya. Raja Ahazia dan tentaranya mewujudkan pemberontakan dengan cara menangkap nabi Elia tetapi mereka harus gugur oleh api yang dari Tuhan. Ahazia yang hanya dua tahun saja menjadi raja Israel telah melewati lembaran hitam kelam karena tetap mengeraskan hati menentang Allah. Semakin jelas bila Allah mengijinkan umat Israel terpecah menjadi dua kerajaan adalah untuk suatu tujuan. Tujuan-Nya adalah untuk menjaga kelestarian kerajaan Daud, karena melalui keturunan Daudlah janji kedatangan Yesus terlaksana. (MT)
Ketakutan jauh lebih mematikan dari peperangan. Sebab itu beranilah dan siaplah menghadapi segala kemungkinan.