Jumat 12 Juni 2020
YOSAFAT – BENAR TAPI TIDAK SEMPURNA
Yosafat : – Raja Yehuda – Hidup benar – Tidak sempurna
Bacaan sabda : 1 Raja-raja 22:41-51
1 Raja-raja 22:43-44 “Ia hidup mengikuti jejak Asa, ayahnya; ia tidak menyimpang dari padanya dan melakukan apa yang benar di mata TUHAN. Hanya bukit-bukit pengorbanan tidak dijauhkan. Orang masih mempersembahkan dan membakar korban di bukit-bukit itu. Dan Yosafat hidup dalam damai dengan raja Israel.”
Ketika Yosafat menggantikan ayahnya Asa menjadi raja Yehuda, dia hidup dalam damai dengan raja Isarel. Masih ada rasa kebangsaan sesama umat pilihan Allah dalam diri Yosafat. Yosafat bersedia membangun hubungan baik agar punya kesempatan mengajak raja-raja Israel untuk kembali kepada Allah. Tetapi tidak mudah bagi Yosafat memberi pengaruh yang benar karena raja-raja Israel sudah sangat jauh menyimpang dari firman Tuhan. Raja Yosafat hidup benar seperti ayahnya. Tetapi diapun sudah terpengaruh kepada kebiasaan penyembah berhala, karena tidak menjauhkan diri dari bukit-bukit pengorbanan. Bentuk ritual penyembahan berhala dilakukan tetapi objek penyembahannya bersama orang Yehuda adalah Allah. Jadi walaupun Yosafat hidup benar tetap saja ada kekurangan dalam arti dia tidak sempurna. Dia tetap hidup beribadah kepada Allah walaupun imannya lemah.
Pada saat kondisi imannya melemah, Yosafat dihadapkan kepada musuh yang berusaha menghancurkannya bersama Yehuda bangsa yang dikasihi dan dipimpinnya. Yosafat menyadari bila dia dan rakyatnya bukanlah ahli perang yang memadai seperti yang dimiliki bani Moab dan bani Amon. Dua bangsa besar ini sungguh tak seimbang bila dibandingkan dengan Yehuda satu bangsa yang lemah dan kecil. Yosafat mengajak rakyat untuk sepenuhnya berserah kepada Allah. Iman Yosafat yang tadinya lemah, tiba-tiba saja menjadi kuat, saat diperhadapkan dengan kesulitan yang tak mungkin dimenangkan tanpa pertolongan Allah. Kemudian hasil perundingan Yosafat dengan tokoh bangsa Yehuda, mereka harus maju. Dan mereka berani maju karena para penyanyi dan pemuji Tuhan berjalan di baris depan. Suatu keputusan yang kelihatannya bodoh dan tidak manusiawi. Karena seakan-akan para pemuji itu menjadi tameng manusia yang sengaja dikorbankan. Ternyata yang terjadi adalah sesuatu yang di luar dugaan. Tuhan bertindak saat pujian dikumandangkan. Pasukan musuh terpedaya, sehingga panik dan adu senjata termakan nafsu saling membunuh. Musuh habis karena mereka saling membunuh bukan oleh pedang umat Allah. Ini dapat disimpulkan sebagai prinsip rohani yang diamanatkan Yosafat kepada umat sepanjang masa. Untuk memenangkan perjuangan hidup perlu juga mengedepankan pujian syukur bagi hormat kemuliaan-Nya sebagai sumber kemenangan. (MT)
Para pemuji berdiri di depan adalah benteng yang di kedepankan bukan tameng yang dikorbankan.