Kamis 23 April 2020
SAMUEL – AYAH YANG KECEWA
Samuel : – Ayah yang kecewa – Pemimpin yang kecewa – Hamba yang taat
Bacaan Sabda : 1 Samuel 8:1-22
1 Samuel 8:7 “TUHAN berfirman kepada Samuel: “Dengarkanlah perkataan bangsa itu dalam segala hal yang dikatakan mereka kepadamu, sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka.”
Samuel hidup dan menjadi pemimpin Israel dalam peralihan yang sangat kritis dari sejarah Israel. Peralihan dari negara Teokratis menjadi negara monarki. Dari kepemimpinan seorang hakim menjadi kepemimpinan seorang raja. Samuel menjadi seorang ayah yang kecewa karena peralihan itu berhubungan dengan kegagalannya mempersiapkan anak-anaknya melanjutkan kepemimpinannya sebagai hakim. Samuel tentu tergoda menghubungkan kegagalannya dengan kegagalan imam Eli dalam hal mendidik anak-anak. Tetapi kasus Samuel ini juga harus menyadarkan kita akan kalimat “buah tidak jatuh jauh dari pohonnya” tidaklah mutlak benar. Karena Alkitab justru menyatakan bahwa anak-anak Samuel bernama Yoel dan Abia tidak hidup seperti ayahnya. Keteladanan dalam mendidik adalah cara dan metode terbaik dalam menanamkan nilai-nilai kebenaran kepada anak. Tetapi keteladanan rupanya tidak cukup karena mendidik adalah usaha sengaja yang dilakukan orang dewasa untuk mendewasakan seorang anak. Usaha sengaja yang paling penting adalah mendisiplinkan seorang anak. Hal inilah rupanya yang tak dilakukan oleh Samuel untuk mendidik anak-anaknya. Kemungkinan lain adalah Samuel kurang mempunyai waktu yang cukup untuk anak-anaknya. Hal itu terjadi bukanlah suatu kesalahan yang disengaja Samuel, tetapi tugasnyalah yang telah menyita habis waktunya.
Samuel adalah pemimpin terbaik selama zaman hakim-hakim. Tidak heran bila umat Israel memberi standar yang tinggi buat pengganti Samuel. Standar tinggi yang nyata melalui hidup Samuel tidak dapat dipenuhi anak-anak Samuel. Jadi tidak berarti anak-anak Samuel jahat dan bermoral buruk seperti anak-anak imam Eli. Umat Israel meminta seorang raja bukan semata-mata karena anak-anak Samuel tidak sebaik Samuel. Alasan mereka adalah ingin menjadi pemerintahan monarki seperti negara-negara tetangga mereka. Jadi mereka bukan karena menolak anak-anak Samuel. Allah sendiri memungkinkan sambil mengangkat seorang raja untuk memimpin Israel, Karena mereka menolak pemerintahan teokrasi. Mereka menolak Allah untuk menjadi raja karena umat Israel ingin mempunyai raja yang dapat mereka lihat bila perlu bisa diatur. (MT)
Keteladanan itu kuat dan benar tetapi belum cukup.