Jumat 17 April 2020
ELKANA – BAIK HATI TETAPI LEMAH
Elkana : – Baik hati – Mengasihi Tuhan – Spiritual lemah
Bacaan Sabda : 1 Samuel 1-8
1 Samuel 1:8 “Lalu Elkana, suaminya, berkata kepadanya: “Hana, mengapa engkau menangis dan mengapa engkau tidak mau makan? Mengapa hatimu sedih? Bukankah aku lebih berharga bagimu dari pada sepuluh anak laki-laki?”
Elkana adalah seorang suami dan ayah yang cukup baik. Dia saleh, ramah dan mengasihi Tuhan. Tetapi sepertinya kerohaniannya cukup lemah, sehingga kurang dapat mengatasi kemelut yang terjadi dalam keluarganya. Buktinya Hana harus siap mengatasi sendiri kemandulannya tanpa bantuan Elkana sang suami yang seharusnya membantunya. Mungkin juga atas persetujuan Hana istri pertamanya, Elkana mengambil Penina menjadi istri keduanya. Biasanya ada pemakluman suami boleh kawin lagi bila istri mandul. Tetapi yang ada hanyalah sekedar pemakluman bukanlah suatu pembenaran.
Perlu disadari semua orang percaya bahwa bila rumah tangga tidak dikaruniai anak bukan berarti rumah tangga gagal. Sebab tanpa kehadiran anak dalam rumah tangga suami istri tetap dapat menikmati kebahagiaan. Bahkan mereka justru punya kesempatan besar melakukan banyak kebaikan dan pengabdian kepada Tuhan dan sesama. Sikap Penina ternyata tak dapat dikendalikan Elkana. Penina merasa lebih beruntung dari Hana yang sudah dinyatakan mandul. Hana sering sedih atas status tak melahirkan anak. Kesedihannya semakin jadi karena merasa dihina oleh Penina madunya. Elkana gagal melakukan perannya sebagai suami. Dia gagal karena tidak setia kepada Hana dan gagal pula karena tidak berhasil membina Penina. Suatu pernyataan yang sangat kurang bijaksana adalah ketika dia berkata kepada Hana “Bukankah aku lebih berharga bagimu daripada sepuluh anak laki-laki?”. Elkana dapat menyatakan kasih sayangnya kepada Hana tetapi membiarkan Hana bergumul berusaha sendiri menghadapi kesulitannya. Hana berdoa dan bernazar kepada Allah untuk kelahiran seorang anak. Allah mengabulkan doa Hana. Sesudah kelahiran anak Hana yang kemudian diberi nama Samuel, Elkana pasti kagum dengan iman Hana. Elkana barangkali meragukan kerelaan Hana mentaati nazarnya. Ternyata Hana sangat rela melaksanakan nazarnya. Elkana yang gagal menjadi suami yang setia itu harus banyak belajar dari istrinya, Hana. Belajar tentang kesetiaan, belajar tentang iman dan juga belajar mentaati janjinya. Penghargaan Elkana kepada Hana sepertinya terlambat tetapi masih ada baiknya. Barangkali Elkana menyesal atas ketidak setiaannya. Tapi memang penyesalan selalu datang terlambat. (MT)
Hati yang baik haruslah dilengkapi dengan spiritualitas yang kuat.